Pancasila Jadi Benteng Generasi Muda Hadapi Risiko Konflik Jelang Nataru, Afif : Jaga Ruang Digital Tetap Sehat
Penulis: Muhammad Riduan
Minggu, 16 November 2025 | 20 views
Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Timur, Andi Muhammad Afif Rayhan Harun.(Riduan/Presisi.co)
Samarinda, Presisi.co — Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru), Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Timur, Andi Muhammad Afif Rayhan Harun, mengingatkan pentingnya memperkuat pendidikan Pancasila sebagai upaya menjaga kondusivitas sosial, terutama di ruang digital yang kerap menjadi pemicu gesekan.
Pesan itu disampaikan Afif saat kegiatan Sosialisasi Perda Nomor 9 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan, yang digelar di Jalan Wahid Hasyim 2, Samarinda Utara, Minggu 16 November 2025.
Kegiatan ini turut menghadirkan Akademisi Universitas Mulawarman Muhammad Sultan serta Akademisi Hukum Unmul Amsari Damanik, dan diikuti pelajar, mahasiswa, serta berbagai komunitas anak muda.
Afif menyoroti meningkatnya sensitivitas sosial menjelang hari besar keagamaan, sehingga diperlukan pondasi nilai kebangsaan yang kuat agar masyarakat, khususnya anak muda, tidak mudah terprovokasi.
“Menjelang Nataru, tensi sosial biasanya meningkat. Karena itu nilai Pancasila harus jadi pegangan agar kita bisa menghadapi perbedaan secara dewasa dan beradab,” ucapnya.
Ia juga menekankan bahwa media digital menjadi salah satu ruang yang paling rawan terjadi kekerasan verbal, penyebaran hoaks, hingga ujaran kebencian.
“Ruang digital sering memicu konflik. Tanpa fondasi ideologi yang kuat, anak muda rentan terseret narasi provokatif. Pancasila adalah kompas moral agar kita tetap objektif dan saling menghormati,” tegas Afif.
Dalam forum tersebut, Muhammad Sultan menilai bahwa Pancasila harus dipahami sesuai tantangan era sekarang.
“Perang ideologi hari ini bukan dengan senjata, tapi dengan narasi. Anak bangsa harus punya daya tahan agar tidak terseret konten yang melemahkan nilai-nilai kebangsaan,” jelasnya.
Sementara itu, Amsari Damanik menyoroti peran Pancasila dalam melindungi kelompok rentan, terutama perempuan dan anak, yang sering menjadi sasaran kekerasan di ruang digital.
“Pendidikan kebangsaan harus menghadirkan empati dan rasa keadilan. Negara hadir melalui nilai-nilai Pancasila untuk melindungi warganya,” katanya.
Kegiatan ini diharapkan tidak berhenti sebagai diskusi semata, tetapi ditindaklanjuti dengan aksi nyata di lingkungan sekolah, kampus, dan komunitas.
Kolaborasi dengan pemerintah daerah, lembaga pendidikan, komunitas pemuda, dan organisasi masyarakat pun siap dilaksanakan untuk memastikan Perda Pendidikan Pancasila berjalan efektif serta memberikan kontribusi nyata dalam menjaga harmoni menjelang Nataru.