search

Berita

JokowiAbu Bakar Ba'asyirkontroversi Abu Bakar Ba'asyir

Siapa Abu Bakar Ba'asyir yang Temui dan Nasihati Jokowi? Ini Rekam Jejak Kontroversinya

Penulis: Rafika
4 jam yang lalu | 0 views
Siapa Abu Bakar Ba'asyir yang Temui dan Nasihati Jokowi? Ini Rekam Jejak Kontroversinya
Abu Bakar Ba'asyir saat menemui Presiden ke-7 RI Joko Widodo di Solo pada Senin 29 September 2025. (Suara.com)

Presisi.co - Sosok Abu Bakar Ba’asyir kembali menjadi sorotan publik setelah bertemu dengan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), di kediamannya di Sumber, Kecamatan Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Senin, 29 September 2025 siang.

Ba’asyir mengaku kedatangannya bertujuan untuk memberikan nasihat kepada Jokowi. “Saya hanya menasehati,” ujar Ba’asyir.

“Orang Islam itu wajib menasehati. Rakyat, Pemimpin, dan orang kafir harus dinasehati,” tambahnya.

Usai pertemuan itu, sosok Abu Bakar Ba’asyir kembali jadi sorotan, mengingat rekam jejak panjangnya yang sarat kontroversi.

Profil Abu Bakar Ba'asyir

Pemilik nama lengkap Abu Bakar Ba’asyir bin Abu Bakar Abud ini lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 17 Agustus 1938. Ia pernah menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo, pada 1959. Empat tahun kemudian, pada 1963, ia lulus dari Fakultas Dakwah Universitas Al-Irsyad, Solo, Jawa Tengah.

Ba’asyir aktif dalam organisasi sejak muda. Ia tercatat sebagai aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Solo, lalu menjadi Sekretaris Pemuda Al-Irsyad Solo. Pada 1961, ia terpilih sebagai Ketua Gerakan Pemuda Islam Indonesia.

Satu dekade berikutnya, pada 1972, ia menjabat Ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam dan mendirikan Pondok Pesantren Al-Mu’min Ngruki bersama Abdullah Sungkar, Yoyo Roswadi, Abdul Qohar H. Daeng Matase, dan Abdullah Baraja.

Rekam Jejak Abu Bakar Ba'asyir

Pada 1983, Ba’asyir bersama Abdullah Sungkar pernah ditangkap karena dituduh menghasut masyarakat menolak asas tunggal Pancasila. Ia juga dikenal melarang santrinya melakukan hormat bendera, yang menurutnya termasuk perbuatan syirik.

Setelah meninggalkan Indonesia dan bermukim di Malaysia, Ba’asyir bersama Sungkar disebut mendapat ruang untuk membentuk gerakan radikal Jamaah Islamiyah, yang kemudian diketahui menjalin hubungan dengan Al-Qaeda. Namun, Ba’asyir menepis tuduhan tersebut dengan menyatakan dirinya tidak pernah mendirikan organisasi Islam tertentu.

Meski begitu, Pemerintah Amerika Serikat sempat memasukkan nama Ba’asyir ke dalam daftar teroris lantaran dianggap sebagai pendiri Jamaah Islamiyah.

Pada 1999, sepulangnya dari Malaysia, Ba’asyir ikut terlibat dalam pembentukan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), sebuah organisasi Islam garis keras yang bertekad menegakkan syariat Islam di Indonesia.

Tahun 2002, ia ditangkap dan divonis 1,5 tahun penjara terkait kasus imigrasi. Tidak lama setelah bebas, Ba’asyir kembali ditangkap pada 2004 karena dikaitkan dengan kasus Bom Bali I (2002) serta Bom JW Marriott (2003). Dari kasus itu, ia dijatuhi hukuman 2,5 tahun penjara.

Lepas dari kasus tersebut, Ba’asyir mendirikan Jemaah Anshorut Tauhid (JAT), organisasi yang disebut-sebut merangkul sejumlah mantan pelaku teror di Indonesia.

Pada 2010, namanya kembali terseret dalam kasus terorisme. Ia dituduh membiayai pelatihan militer kelompok teroris di Aceh dengan dana sekitar Rp1,39 miliar. Setahun kemudian, pengadilan menjatuhkan vonis 15 tahun penjara.

Setelah menjalani 10 tahun masa hukuman, Abu Bakar Ba’asyir akhirnya memperoleh bebas murni pada 2021, saat pemerintahan Joko Widodo. (*)

Editor: Redaksi