search

Daerah

DPMPTSP KaltimMasalah LahanKalimantan Timurrealisasi investasi

DPMPTSP Kaltim Beberkan 12 Masalah Infrastruktur dan Lahan, Berikut Ini Rincian dan Penjelasannya

Penulis: Akmal Fadhil
9 jam yang lalu | 0 views
DPMPTSP Kaltim Beberkan 12 Masalah Infrastruktur dan Lahan, Berikut Ini Rincian dan Penjelasannya
High Level Meeting Regional Investor Relations Unit (HLM-RIRU) Kaltim, Senin 29 September 2025.

Samarinda, Presisi.co – Meski Kalimantan Timur mencatat realisasi investasi sebesar Rp43,47 triliun pada triwulan II 2025 dan menempati posisi kedelapan nasional, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) mengungkap masih banyak persoalan krusial yang menghambat iklim investasi di daerah ini.

Kepala DPMPTSP Kaltim, Fahmi Prima Laksana, menyebut ada 12 tantangan utama yang perlu segera dibenahi agar pertumbuhan investasi tidak hanya sekadar angka, tetapi berdampak langsung pada pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

“Capaian ini patut disyukuri, tapi jangan membuat kita lengah. Masih banyak pekerjaan rumah, terutama soal infrastruktur dan kepastian lahan,” tegas Fahmi dalam High Level Meeting Regional Investor Relations Unit (HLM-RIRU) Kaltim, Senin 29 September 2025.

Dua Masalah Paling Mendesak: Akses dan Lahan

Fahmi menyoroti dua hambatan paling mendesak, yakni aksesibilitas infrastruktur dan ketersediaan lahan investasi yang clean and clear.

Kedua faktor ini dinilai menjadi keluhan utama para investor yang hendak menanamkan modal di Kaltim.

“Kita masih mendengar banyak keluhan soal akses ke lokasi investasi. Soal lahan juga sama, belum semua area investasi memiliki kepastian hukum yang jelas,” ujarnya.

Dalam paparannya, Fahmi merinci 12 tantangan yang dinilai menghambat percepatan investasi di Kalimantan Timur, yaitu:
1. Infrastruktur dan aksesibilitas belum memadai.
2. Ketersediaan lahan clean and clear masih terbatas.
3. Informasi potensi investasi belum terintegrasi dan menyeluruh.
4. Lemahnya koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.
5. Promosi investasi belum maksimal.
6. Perizinan masih terganjal regulasi yang terus berubah.
7. Minimnya SDM pelayanan investasi yang kompeten.
8. Kurangnya tenaga kerja lokal yang siap pakai.
9. Insentif investasi belum dimanfaatkan secara optimal.
10. Daya saing sektor unggulan masih rendah.
11. Lemahnya pengawalan terhadap minat dan komitmen investasi.
12. Minimnya fasilitas pariwisata sebagai pendukung.

Fahmi juga menyoroti rendahnya pengembangan sektor hilirisasi sumber daya alam (SDA), pariwisata, dan industri penunjang Ibu Kota Nusantara (IKN). Menurutnya, sektor-sektor ini seharusnya menjadi tulang punggung transformasi ekonomi Kaltim.

“Daya saing sektor unggulan harus ditingkatkan. Jangan sampai kita hanya jadi lokasi tambang dan ekspor bahan mentah, tapi tidak punya nilai tambah di daerah,” katanya.

Fahmi menegaskan bahwa kunci utama keberhasilan investasi terletak pada sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat.

“Kalau 12 tantangan ini bisa kita atasi bersama, saya yakin investasi akan menjadi motor utama transformasi ekonomi Kaltim ke depan,” pungkasnya. (*)

Editor: Redaksi