search

Berita

Sekolah Rakyat TerintegarsiSekolah RakyatsamarindaSkema Pembelajaran AdaptifModul Coding dan AI

Sekolah Rakyat Terintegrasi di Samarinda Terapkan Skema Pembelajaran Adaptif, Siap Kembangkan Modul Coding dan AI

Penulis: Akmal Fadhil
Rabu, 08 Oktober 2025 | 30 views
Sekolah Rakyat Terintegrasi di Samarinda Terapkan Skema Pembelajaran Adaptif, Siap Kembangkan Modul Coding dan AI
Kepala SRT 58, Rabiatul Adawiyah saat memberikan penjelasan mengenai skema pembelajaran di Sekolah Rakyat. (Presisi.co/Akmal)

Samarinda, Presisi.co — Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 58 Samarinda hadir sebagai bagian dari program nasional pengentasan kemiskinan ekstrem melalui jalur pendidikan.

Tidak sekadar menyediakan akses pendidikan gratis bagi anak-anak dari keluarga miskin, SRT juga menerapkan skema pembelajaran adaptif dan terintegrasi, yang dirancang untuk menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang memiliki latar belakang sosial dan pendidikan yang beragam.

Kepala SRT 58, Rabiatul Adawiyah, menyebut bahwa tantangan utama dalam proses pembelajaran bukan hanya soal kurikulum, tetapi bagaimana menciptakan pendekatan yang mampu membentuk kembali karakter belajar siswa yang selama ini hidup dalam keterbatasan ekstrem.

“Ada yang usia 9 tahun belum bisa membaca, ada yang baru pertama kali masuk sekolah. Kami rancang pembelajaran yang fleksibel tapi tetap terukur. Kami bagi kelas berdasarkan tingkat kemampuan, bukan hanya umur,” ujarnya, Rabu 8 Oktober 2025.

Diketahui bahwa jenjang SD di SRT 58 memiliki dua kelompok belajar kelas kecil usia 6–9 tahun yang belum mengenal baca tulis dan kelas besar usia 10–12 tahun yang pernah sekolah tapi berhenti ditengah jalan.

Setiap kelompok tersebut didampingi dua guru untuk memastikan perhatian penuh, karena banyak dari siswa ini menghadapi trauma atau hambatan sosial dari lingkungan asalnya.

Jenjang SMA sendiri para siswa umumnya berusia 14–18 tahun dan sebagian besar pernah bekerja di sektor informal.

Metode belajar dikembangkan secara bertahap agar siswa bisa membangun kembali kebiasaan belajar yang sempat terputus.

“Untuk siswa SMA, konsentrasi mereka masih terbatas. Kami kombinasikan antara materi akademik dan pembiasaan, agar mereka bisa beradaptasi tanpa merasa tertekan,” jelas Rabiatul.

Di sisi lain, penereapn pembelajaran di SRT 58 juga menggunakan modul Al-Hikmah, yang dirancang khusus untuk Sekolah Rakyat.

Modul ini tidak hanya memuat pelajaran akademik standar, tapi juga menyertakan penguatan nilai keagamaan, pembiasaan hidup bersih, dan kegiatan karakter.

“Anak-anak kami ajarkan bangun pagi, bersih-bersih kamar, cuci pakaian sendiri, belajar mandiri. Disiplin bukan hanya di kelas, tapi di seluruh aspek kehidupan mereka,” katanya.

Pengelolaan penggunaan HP juga menjadi bagian dari proses pembentukan karakter. Di awal, siswa diperbolehkan membawa HP untuk adaptasi, namun saat ini penggunaannya mulai dibatasi dan ke depan akan dihilangkan secara bertahap.

Sebagai bagian dari visi jangka panjang, SRT 58 tengah bersiap untuk mengembangkan pembelajaran berbasis teknologi, termasuk coding dan kecerdasan buatan (AI).

Langkah ini sejalan dengan arahan Menteri Sosial dan amanat Presiden Prabowo agar Sekolah Rakyat tidak hanya mengentaskan kemiskinan, tapi juga membuka jalan bagi masa depan yang kompetitif.

“Kami sedang siapkan program satu anak satu laptop. Penggunaan laptop hanya untuk jam pelajaran, tidak dibawa ke kamar. Akan ada guru khusus coding dan AI. Ini bagian dari upaya kami menyiapkan mereka untuk masa depan,” ujar Rabiatul.

Muatan lokal yang biasa berupa bahasa daerah kini digantikan dengan konten nasional yang seragam coding dan AI dipilih agar anak-anak dari seluruh daerah memiliki bekal keterampilan yang sama dan relevan dengan kebutuhan masa depan.

Skema Sekolah Rakyat tidak berhenti pada pendidikan. Program ini dirancang sebagai intervensi sosial yang menyeluruh. Keluarga siswa juga mendapat dukungan berupa bantuan sosial dan BPJS Kesehatan, sebagai bagian dari pendekatan penghapusan kemiskinan yang terpadu, terukur, dan berkelanjutan.

“Ini bukan sekadar soal sekolah gratis. Ini strategi negara untuk memutus rantai kemiskinan lintas generasi. Kami ingin anak-anak ini tidak hanya selesai sekolah, tapi siap menghadapi masa depan,” tegas Rabiatul.

Dalam jangka panjang, SRT 58 ditargetkan untuk memperluas kapasitas penerimaan siswa dan meningkatkan kualitas sarana-prasarana.

Kepala sekolah berharap dukungan penuh dari pemerintah daerah dan pusat terus diberikan, agar model pendidikan seperti ini bisa direplikasi di daerah lain.

“Sekolah ini bukan hanya menjawab kebutuhan hari ini, tapi membentuk generasi yang akan menentukan masa depan bangsa. Maka kami harus terus bergerak, berinovasi, dan berbenah,” pungkasnya. (*)

Editor: Redaksi