search

Advetorial

DPRD Kaltim Ananda Emira Moeis Penanganan Stunting Parenting Modern Gizi Anak Kutai Kartanegara Samarinda Posyandu Aktif Kesehatan Anak Edukasi Keluarga Masa Emas Anak Pencegahan Stunting Kolaborasi Lintas Sektor Orang Tua Peduli Tumbuh Kembang Anak

Ananda Emira Moeis: Penanganan Stunting Butuh Sinergi dan Peran Aktif Orang Tua

Penulis: Akmal Fadhil
Selasa, 06 Mei 2025 | 19 views
Ananda Emira Moeis: Penanganan Stunting Butuh Sinergi dan Peran Aktif Orang Tua
Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ananda Emira Moeis.

Samarinda, Presisi.co – Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Ananda Emira Moeis, mengungkapkan keprihatinannya terhadap tingginya angka stunting di wilayah Kaltim.

Ia menilai masalah ini tak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja, melainkan butuh kerja sama lintas sektor dan kesadaran masyarakat, khususnya para orang tua.

Dalam pernyataannya Ananda yang akrab disapa Nanda menyebutkan bahwa angka stunting tertinggi berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, disusul Kota Samarinda di posisi kedua.

Kondisi ini menunjukkan bahwa meski Kaltim dikenal sebagai daerah kaya sumber daya alam, masalah gizi anak masih menjadi tantangan serius.

“Stunting paling tinggi di Kutai Kartanegara. Samarinda ada di urutan kedua. Ini menjadi sinyal bahwa kita harus bekerja lebih keras dan saling mendukung untuk menurunkannya,” kata Nanda.

Politikus PDI Perjuangan DPRD Kaltim itu menegaskan bahwa pencegahan stunting tidak cukup hanya dengan intervensi medis atau bantuan makanan bergizi.

Menurutnya, peran keluarga, terutama orang tua, sangat krusial dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan mendukung tumbuh kembang anak.

Ia menyoroti perlunya penyuluhan intensif tentang pola asuh dan gizi anak kepada orang tua, termasuk adaptasi terhadap perkembangan zaman.

“Orang tua harus dapat ilmu parenting tambahan. Zaman sekarang teknologi maju, orang tua harus tahu cara mengasuh anak sekarang. Kita kasih tahu bagaimana anak bisa sehat, berakhlak baik, tangguh dan unggul,” ujarnya.

Nanda menekankan bahwa masa usia emas anak yakni 0 hingga 12 tahun harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk membentuk karakter dan kecerdasan anak.

Menurutnya, pendekatan preventif melalui edukasi kepada keluarga jauh lebih efektif ketimbang hanya mengandalkan program kuratif dari pemerintah.

DPRD Kaltim, lanjutnya, siap mendorong anggaran dan kebijakan yang berpihak pada penanganan stunting, termasuk program kolaboratif antara dinas kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat.

Ia menyebut perlunya lebih banyak posyandu aktif, tenaga penyuluh lapangan, serta program edukasi keluarga berbasis komunitas.

Selain itu, Nanda juga mengajak dunia usaha, media, dan lembaga pendidikan untuk ikut terlibat dalam upaya menekan angka stunting.

Menurutnya, kampanye publik yang masif serta penyediaan akses informasi yang mudah dipahami akan memperkuat upaya ini dari akar rumput.

“Kita harus turun tangan bersama-sama. Stunting ini bukan hanya masalah gizi, tapi juga pola pikir, pola asuh, dan ketimpangan informasi. Ini pekerjaan sosial, bukan sekadar statistik kesehatan,” pungkasnya. (*)