search

Daerah

Pembongkaran SKMbanjir samarindasugeng chairuddin

59 Ribu Warga Terdampak Banjir, Pemkot Samarinda Sebut Pembongkaran Bangunan di Bantaran SKM Jadi Harga Mati

Penulis: Redaksi Presisi
Selasa, 30 Juni 2020 | 1.275 views
59 Ribu Warga Terdampak Banjir, Pemkot Samarinda Sebut Pembongkaran Bangunan di Bantaran SKM Jadi Harga Mati
Potret kawasan bantaran Sungai Karang Mumus yang dipenuhi oleh bangunan warga. (Foto : Istimewa)

Samarinda, Presisi.co - Puluhan ribu warga Kota Samarinda menanti upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda untuk mengatasi persoalan banjir yang selalu menjadi momok bagi Kota Tepian. 

Teranyar, Pemkot Samarinda baru-baru ini kembali diuji lewat wacana pembongkaran ratusan rumah warga yang bermukim di bantaran Sungai Karang Mumus (SKM). 

Padatnya hunian warga yang bermukim hingga puluhan tahun di kawasan tersebut, disebut-sebut sebagai salah penyebab banjir di Samarinda hingga makin meluas. Sementara, luasan badan sungai khususnya pada segmen belakan Pasar Segiri ini, dilaporkan terus mengalami penyempitan. 

“Idealnya lebar sungai itu harusnya mencapai 40 meter, tapi kondisi saat ini hanya kisaran 25 meter saja,” sebut Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Samarinda Sugeng Chairuddin saat memimpin rapat koordinasi, Senin (29/6) kemarin.

Sugeng menyebut, kondisi luasan badan SKM saat ini amat memprihatinkan. Sedangkan, jumlah bangunan warga yang akan dibongkar di tahap pertama ini, lanjut dikatakan Sugeng berjumlah 234 bangunan yang selama ini disebutnya berdiri diatas tanah Pemerintah, tepatnya di RT 28. 

     
  Berita Terkait :  
   
   
   
     

Wacana pembongkaran ini sendiri bukan tanpa alasan. Pemkot Samarinda juga diakui Sugeng tengah dikejar oleh proyek pembangunan pemasangan pagar di bibir sungai yang akan dilaksanakan oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan. 

Apalagi, di tahun ini tercatat lebih dari 59 ribu kepala keluarga di Samarinda mengalami nasib yang sama saat banjir menerjang, utamanya saat intensitas curah hujan yang cukup tinggi, ditambah dengan pasangnya air di Sungai Mahakam. Sementara, penyempitan di SKM dipastikan tak lagi mampu menampung debit air secara normal.

“Jadi kalau ada yang bilang pembongkaraan nanti tidak memperhatikan kondisi ekonomi warga di saat menghadapi masa pandemi Covid-19, saya pikir sangat tidak relevan. Karena kami juga harus memikirkan nasib 59 ribu warga yang menjadi langganan kebanjiran setiap lebaran Idul Fitri, bahkan mereka juga bisa dikatakan korban pandemi Corona di Samarinda kemarin,” kata Sugeng.

Ia menegaskan, pembongkaran bangunan rumah di SKM yang dijadwalakan Senin pekan depan sudah menjadi harga mati oleh Pemkot Samarinda. 

Bahkan Pemkot sendiri tidak ingin kehilangan momen apabila eksekusi pembongkaran nanti molor lagi. Oleh karena itu, mantan Kepala Bappeda Samarinda ini berharap warga SKM bisa memahami dan juga bisa menerima dengan lapang dada kebijakan yang diambil Pemerintah.

“Apalagi ini tahun terakhir Pak Wali menjabat, jadi setidaknya kebijakan beliau untuk serius menanggulangi masalah banjir tidak dipandang sebelah mata. Jadi saatnya sekarang mereka kembali memberikan kontribusi kepada Pemerintah dengan bersedia membongkar bangunannya dan pindah ke tempat yang lebih layak,” ungkapnya.