Normalisasi SKM Berlanjut, Pemkot Samarinda Siapkan Tali Asih
Penulis: Redaksi Presisi
Kamis, 11 Juni 2020 | 930 views
Samarinda, Presisi.co – Tekad Pemerintah Kota Samarinda untuk segera merelokasi warga yang bermukim di bantaran Sungai Karang Mumus (SKM) terus berlanjut hingga saat ini.
Teranyar, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Samarinda Sugeng Chairuddin menyebut pihaknya telah mengalokasikan dana tali asih bagi terhadap pemilik 197 bangunan, dengan dana disiapkan sebesar Rp 2,5 miliar, berdasarkan data yang telah diverifikasi oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) Pratama Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
“Target bulan Juni ini. Akhir bulan ini harus ada yang di bongkar lah,” kata Sugeng, saat ditemui usai menghadiri rapat pemantapan sosialisasi santuan warga yang direlokasi di SKM, Kamis (11/6/2020).
Pekan depan, tepatnya Senin (15/6) Pemkot Samarinda dipastikan Sugeng akan menggelar sosialisasi terhadap warga penerima tali asih ini. Ia menyebut, sosialisasi ini akan diakomodir langsung oleh pihak kecamatan dan kelurahan, hingga Rabu (17/6) mendatang.
“Supaya tidak terlalu banyak berkumpul. Dalam sehari waktunya dilakukan sebanyak dua kali diatur pagi dan sore,” imbuhnya.
Terkait penyaluran dana, lanjut dikatakan Sugeng bahwa Pemkot Samarinda telah bekerjasama dengan Bank BPR terkait skema pembayarannya. Disamping itu, pihak kecematan juga diminta untuk segera menuntaskan verifikasi data penerima, agar tak terjadi tumpang tindih data.
“Kita kasih batas waktu 7 hari setelah mereka menerima santunan untuk langsung membongkar bangunannya. Jika meleset dari batas waktu yang kita berikan, maka kita yang akan bongkar sendiri,” tegasnya.
Disamping itu, Pemkot Samarinda sendiri diakui Sugeng masih menunggu hasil appraisal dari tim yang ditunjuk untuk penyaluran tali asih bagi warga yang bermukim di RT 26 dan 27. Ia berharap, warga yang telah lama menempati kawasan tersebut, dapat bekerjasama dengan pemerintah, agar persoalan banjir yang selama ini jadi momok bagi Kota Tepian, dapat terselesaikan dengan baik.
“Kalau mereka gak pindah 55.000 orang kebanjiran itu gimana nasibnya. Sekarang waktunya tinggal pengertian mereka,” lugasnya.