Purbaya, Aristoteles, dan Gaya Komunikasi ala Koboi
Penulis: Opini
2 jam yang lalu | 3 views
Syafril Tahar, Dosen Fikom IISIP Jakarta. (Dok IISIP)
Presisi.co - Publik pantas terhenyak ketika melihat reshuffle Kabinet Merah Putih, yang salah satunya ketika Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati digantikan Purbaya Yudhi Sadewa pada 8 September 2025. Hampir pasti banyak yang langsung berselancar mencari sosok bendahara negara yang baru tersebut.
Belum usai keterkejutan melihat pergantian posisi tersebut, publik kembali dikejutkan dengan pola komunikasi Purbaya yang belakangan mendapat julukan 'Menkeu bergaya koboi.' Cara dia berkomunikasi dengan publik sangat unik, jelas, dan didasarkan pada data.
Banyak orang menganggapnya sebagai ceplas-ceplos atau koboi. Gaya ini dianggap berhasil dalam mendapatkan kepercayaan masyarakat karena sifat transparansinya, meskipun ada kritik yang mengatakan bahwa ini bisa mengurangi solidaritas di dalam pemerintah. Ia menjelaskan informasi menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan berlandaskan fakta, sehingga publik dapat memahaminya dengan baik. Purbaya juga tidak ragu untuk berbicara secara langsung dan jujur.
Ia menyampaikan pesan dengan cara yang langsung tanpa berpura-pura, sehingga masyarakat merasa bahwa pemerintah berbicara dengan tulus. Selain itu, dinamis komunikasi yang disampaikannya terasa hidup dan tidak kaku, berbeda dengan gaya pejabat pada umumnya yang lebih formal dan sistematis.
Bagi masyarakat menengah ke bawah, gaya komunikasi Purbaya sederhana. Ia dinilai mampu menerjemahkan program dan isu ekonomi yang kompleks, menjadi bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami masyarakat umum, terutama di kalangan muda.
Sarat data dan fakta
Purbaya tidak asal bicara saja apalagi sarat wacana karena selalu berlandaskan fakta, yang didukung data dan informasi yang benar. Ia tidak sekadar bicara melainkan berani terbuka dan jelas. Jangan heran kalau kemudian banyak yang kebakaran jenggot dengan kebenaran yang diungkapkannya, termasuk hal-hal yang mungkin kurang baik untuk membangun kepercayaan.
Hal-hal seperti inilah yang membuat masyarakat selalu menunggu gerak gerik Purbaya. Bagi media massa ia sudah menjelma menjadi media darling, yang bisa diibaratkan 'Purbaya batuk saja bisa menjadi berita'.
Mengacu pada data yang dilansir LKBN Antara pada 14-15 September 2025, penyebutan nama (mention) Purbaya melonjak signifikan. Dari sebelumnya 1,6 ribu mention naik menjadi 2,5 ribu. Kenaikan ini berbanding lurus dengan meluasnya jangkauan publik; dari 46,2 juta audiens menjadi 75,5 juta audiens.
Di sisi lain ia tidak konservatif karena gaya komunikasinya alami dan cenderung tidak tradisional, serta tidak tergantung pada dukungan media. Faktor utama keberanian Purbaya dalam menyampaikan informasi karena dia sedang punya power sebagai menteri keuangan. Rasanya mustahil apa yang ia sampaikan ke publik tidak diketahui Presiden Prabowo Subianto sebagai atasannya.
Secara keseluruhan, gaya komunikasinya telah menarik perhatian dan perbincangan publik. Dengan beberapa analisis menunjukkan bahwa pendekatan ini justru dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap pemerintah, sementara pengamat lain menyoroti potensi risikonya.
Seperti disitat tvOnenews.com bahwa gaya Purbaya yang ceplas ceplos, sentil sana sini, nyatanya disukai publik. Namun, tak sedikit yang juga mengkritik karena terus mengkritisi kinerja pemda, kementerian, hingga lembaga negara lainnya.
Kepercayaan publik
Di dunia politik, gaya komunikasi menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi kepercayaan publik. Di tengah derasnya arus informasi, masyarakat kini tidak hanya menilai kebijakan, tetapi juga cara pejabat publik berbicara dan berinteraksi. Gaya bicara yang tidak tepat dapat memperlebar jarak antara pemerintah dan rakyat.
Simak saja bagaimana komunikasi publik pejabat pemerintah saat bencana hidrometeorologi di Sumatra. Publik geram dengan pola yang dimainkan para pejabat tersebut. Padahal komunikasi yang jujur dan terbuka mampu membangun kedekatan dan kepercayaan.
Gaya komunikasi publik Purbaya Yudhi Sadewa dalam analisis retorika Aristoteles dapat dilihat melalui tiga pilar persuasi utama; ethos (kredibilitas dan karakter), pathos (emosi dan hubungan dengan audiens), dan logos (logika dan argumen rasional). (Sulistyarini, 2020)
Ketiga hal ini menjadi kunci utama komunikasi untuk mempengaruhi publik. Bila melihat gaya Purbaya, hal itu selaras dengan penjelasan Cangara bahwa sang menkeu punya kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan. (Hafied Cangara, 2013)
Kalau saja 50 persen dari 48 menteri di Kabinet Merah Putih punya gaya komunikasi publik seperti yang dilakukan Purbaya, rasanya Aristoteles di alam sana bisa tertawa girang. (*)