Mobil Presiden Prabowo Keciduk Isi BBM di SPBU Pertamina, Takut Dapat Pertamax 'Oplosan'?
Penulis: Rafika
Jumat, 28 Februari 2025 | 194 views
Mobil MV3 Garuda Limousine yang diduga kendaraan dinas Presiden Prabowo Isi BBM di SPBU swasta. (@cobeh2022)
Presisi.co - Jagat media sosial dihebohkan dengan beredarnya video mobil yang diduga milik Presiden Prabowo Subianto tengah mengisi ulang bahan bakar mesin (BBM) di salah satu stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) milik swasta.
Dalam video yang diunggah akun X @cobeh2022 pada Kamis (27/2/2025) itu, terlihat mobil dengan tipe MV3 Garuda Limousine itu tengah mengisi ulang BBM di siang hari.
Dua mobil antipeluru itu tampak menggunakan bahan bakar jenis V-Power Nitro+, yang diketahui diperuntukkan bagi mesin diesel.
"Ada yang bisa bantu jawab? Mengapa mobil Presiden Prabowo MV3 Garuda Limousine isi BBM-nya di SPBU Shell bukan Pertamina?" cuitnya, dikutip pada Jumat (28/2/2025).
Rekaman video tersebut sontak menuai tanda tanya besar dari warganet. Pasalnya, kendaraan dinas presiden yang mengisi BBM di SPBU swasta dianggap menunjukkan kurangnya dukungan pejabat terhadap badan usaha milik negara (BUMN).
Apalagi, baru-baru ini terungkap skandal korupsi yang diduga melakukan praktik manipulasi kualitas BBM dengan mencampur Pertalite (RON 90) agar menyerupai Pertamax (RON 92). Skandal ini melibatkan petinggi-petinggi Pertamina termasuk Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan.
Beredarnya video yang sudah diputar sebanyak 380 kali itu memicu spekulasi bahwa pihak kepresidenan lebih mempercayai bahan bakar dari perusahaan swasta dibandingkan dengan produk Pertamina.
Hal ini memicu kritik tajam dari warganet yang menganggap kejadian tersebut sebagai indikasi rendahnya kualitas BBM dari BUMN.
"Mobil presiden aja nggak percaya sama SPBU-nya Pertamina, malah ngisi di Shell-nya milik swasta asing. Hahaha. 'Ndasmu' oplosan!" cibir seorang warganet.
"Patut diduga staff kepresidenan juga meragukan jaminan & kualitas BBM di SPBU Pertamina. Mungkin mereka ragu akan pompa ukurnya & mungkin mereka khawatir akan adanya bahan bakar oplosan," curiga warganet yang lain. (*)