Pemerintah Masih Lanjutkan Modifikasi Cuaca IKN Pasca Upacara 17 Agustus, Ini Alasannya
Penulis: Rafika
Senin, 02 September 2024 | 440 views
Presisi.co - Meski upacara kemerdekaan 17 Agustus telah rampung digelar, pemerintah masih terus melakukan modifikasi cuaca di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur. Hal ini dilakukan guna mencegah turunnya hujan deras agar tak menghambat progres pembangunan.
Rencana tersebut dibahas dalam rapat tingkat menteri di Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) bersama Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, serta BNPB dan BMKG.
Menko PMK, Muhadjir Efendy, mengatakan operasi modifikasi cuaca yang terfokus di Kabupaten Penajam Paser Utara yang menjadi lokasi IKN hingga 12 September mendatang.
"Berdasarkan laporan BMKG bahwa sampai September nanti curah hujan di wilayah Kalimantan atau Kalimantan Timur dan sekitar IKN itu masih tinggi. Kemungkinan terjadinya ancaman longsor dan banjir itu masih besar," kata Muhadjir saat konferensi pers di kantor Kemenko PMK, Jakarta, Senin (2/9/2024), disadur dari Suara.com.
Lebih lanjut, Muhadjir menuturkan operasi modifikasi cuaca lanjutan merupakan usulan dari pemerintah Penajam Paser Utara dan Pemprov Kaltim serta kepala otorita IKN guna memper
"Sehingga target untuk pembangunan fisik utama di IKN bisa tercapai dengan maksimal. Dan kita sudah sepakat tadi untuk bisa diperpanjang," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BNPB Suharyanto menjelaskan bahwa operasi modifikasi cuaca yang sedang berlangsung dilakukan dengan cara mengurangi curah hujan di wilayah Penajam Paser Utara. Tujuan utamanya adalah meminimalisir risiko terjadinya serta dampak pasca bencana.
Suharyanto menambahkan, intensitas curah hujan di Provinsi Kalimantan Timur masih tergolong tinggi. Akibatnya, beberapa wilayah di provinsi tersebut masih mengalami bencana banjir dan tanah longsor.
"Kita melakukan modifikasi cuaca supaya hujannya tidak datang secara deras atau dialihkan ke tempat lain. Sehingga tempat-tempat yang dikhawatirkan bisa terjadi banjir dan tanah longsor itu terkendali," jelasnya.
Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menambahkan bahwa karakteristik hujan di Kalimantan Timur memang tinggi. Karakteristik itu sangat berbeda dengan kebanyakan wilayah di Pulau Jawa.
"Di sana itu hujannya sepanjang tahun. Musim kemaraunya masih 150 mm. Itu masih garis batas, ya. Masuk September naik lagi. Jadi memang di sana karakteristiknya hujan sepanjang tahun, potensi bencana banjir dan tanah longsornya besar," kata dia. (*)