Sosialisasi Wawasan Kebangsaan Pasca Pemilu, Haji Alung: Kembali Bersatu untuk NKRI
Penulis: Redaksi Presisi
Minggu, 25 Februari 2024 | 489 views
Presisi.co - Anggota DPRD Kaltim, Muhammad Syahrun menggelar sosialisasi wawasan kebangsaan perdananya di Desa Sarinadi, Kecamatan Kotabangun Darat, Kabupaten Kutai Kartanegara pada Minggu, 25 Februari 2024.
Politisi Golkar itu mengajak puluhan warga desa yang hadir untuk kembali fokus membangun daerah pasca Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang telah berlangsung pada 14 Februari, lalu.
"Kita sudah menjalankan tugas sebagai warga negara yang baik dengan menggunakan hak pilih kita masing-masing. Sekarang waktunya bersatu kembali, solid membangun bangsa," kata Haji Alung- sapaannya.
Tak lupa, Haji Alung juga menyampaikan terima kasih atas partisipasi pemilih Kaltim yang cukup tinggu di Pemilu kali ini.
"Ini menjadi bukti bahwa masyarakat kita saat ini semakin dewasa dalam berbangsa," tuturnya.
Di sisi lain, Haji Alung kembali menggaungkan slogan NKRI Harga Mati. Seruan yang sering kali disampaikan sederet pejabat dan politisi ini memang patut dimaknai sebaik mungkin, agar masyarakat tidak mudah terpengaruh dogma pecah belah bangsa.
"Intinya, mencintai NKRI adalah harga mati. Jangan mudah terpengaruh dengan konspirasi-konspirasi yang dilakukan oleh oknum tertentu untuk memecah belah bangsa kita," pesan dia.
Untuk diketahui, sosialisasi wawasan kebangsaan yang digelar oleh tiap anggota dewan di Karang Paci merupakan upaya untuk merajut kembali simbol-simbol persatuan melalui pemahaman 4 Pilar Kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
"Kita sebagai tulang punggung bangsa tentu harus memahami peran masing-masing lewat pemahaman yang sama melalui 4 Pilar Kebangsaan. Tugas kita semua untuk melanjutkan perjuangan kemerdekaan bangsa," ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut, politisi yang akrab disapa Haji Alung itu juga menghadirkan Ahmad Fadillah, sebagai narasumber. Dalam pemaparannya, Ahmad katakan bahwa wawasan kebangsaan yang digelar kali ini memang patut diapresiasi ditengah degradasi moral akan paham liberal dan radikal yang mendoktrin sejumlah masyarakat.
"Makanya pemerintah dan DPRD harus gencar menggelar sosialiasi kebangsaan seperti ini, makanya perlu diapresiasi," sebut dia.
Ditengah keterbatasan waktu, Ahmad juga banyak mengulas sejarah panjang Pancasila sebagai ideologi bangsa yang diibaratkan olehnya sebagai pondasi utama sebuah gedung.
"Tanpa dasar yang kokoh, bangunan itu pasti akan roboh," kata dia.
"Jadi, Indonesia bukan hanya milik satu golongan saja. Makanya Indonesia disebut sebagai negara kesatuan," tambah dia. (*)