search

Advetorial

Penyakit TernakPemkot SamarindaVirus PMK

DKP2 Samarinda Lakukan Pemantauan Rutin dan Rencanakan Vaksinasi Hewan Ternak  

Penulis: Jeri Rahmadani
Kamis, 19 Mei 2022 | 456 views
DKP2 Samarinda Lakukan Pemantauan Rutin dan Rencanakan Vaksinasi Hewan Ternak   
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKP2)Samarinda, Endang Liansyah. (Jeri Rahmadani/Presisi.co)

 

Samarinda, Presisi.co – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) hewan ternak kini kembali merebak di beberapa daerah. Diketahui sejak 1990-an silam, Indonesia sudah dinyatakan bebas dari penyakit yang menjangkit hewan berkuku belah, seperti sapi, kerbau, kambing serta hewan jenis ternak lainnya.

Teranyar, PMK pertama kali diumumkan di Gresik, Jawa Timur, pada 28 April 2022 lalu. Kemudian diikuti beberapa daerah lainnya seperti Lamongan, Mojokerto, Lumajang, hingga wilayah Aceh.

PMK disebabkan oleh virus Aphtovirus yang menginfeksi hewan ternak. Gejala pada hewan umumnya seperti saliva berlebihan, lepuh di sekitar organ mulut, terlihat lemas dan berbaring, hingga suhu tubuh di atas 40 derajat celcius. PMK sendiri tidak menular dan berbahaya bagi manusia, bahkan daging hewan yang mengidap penyakit ini masih bisa dikonsumsi dengan penanganan yang aman dan tepat.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKP2)Samarinda, Endang Liansyah menyampaikan, saat ini belum ada temuan PMK di Kota Tepian. Ia mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalimantan Timur (Kaltim) untuk mencegah masuknya wabah yang dapat merugikan peternak ini.

“Saat ini belum ada laporan PMK masuk di Samarinda. Kami juga sudah turun dengan provinsi dan Polda Kaltim untuk mencegah masuknya hewan ternak terpapar,” ucapnya, Kamis, 19 Mei 2022.

Fenomena tersebut tentunya menimbulkan kecemasan bagi peternak di Samarinda. Terlebih beberapa waktu lagi, perayaan Idul Adha semakin dekat dan umumnya permintaan daging hewan kurban juga akan meningkat.

Endang menyebut pihaknya sementara ini akan lebih selektif untuk menerima masuknya hewan ternak dari luar daerah. Umumnya, sapi yang didatangkan berasal dari Sulawesi Selatan, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Tak hanya itu, pengawasan di Rumah Potong Hewan (RPH) Tanah Merah dan kandang peternakan juga diintensifkan.

“Nanti kami juga akan gelar vaksinasi hewan ternak dalam waktu dekat. Saat ini jumlah populasi sapi di Samarinda sekitar 6 ribu ekor. Tapi jumlah tersebut tidak tetap dan fluktuatif,” pungkas Endang (*)

Editor: Yusuf