search

Daerah

samarindaTenggarongkukarbandara apt pranotoNatunaVirus Corona

Berbagi Kisah Selama di Natuna, Rizka Nurazizah dan Inesa Rindu Makan Bakso dan Keluarga

Penulis: Topan
Minggu, 16 Februari 2020 | 1.518 views
Berbagi Kisah Selama di Natuna, Rizka Nurazizah dan Inesa Rindu Makan Bakso dan Keluarga
Rizka (kiri) dan Inesa (kanan) saat ditemui di Bandara APT Pranoto Samarinda, Minggu (16/2)

Presisi - Rizka Nurazizah, Mahasiswa kedokteran di Huang SHI University, Hubei, Tiongkok. Tak mampu membendung rasa bahagianya, setelah kembali menapakkan kaki di Kota Tepian, Samarinda.

Kepulangan Rizka kali ini, bukanlah rutinitas tahunan atau sekadar mengisi waktu libur bersama keluarga di Tanah air.

Sejak heboh corona virus, Rizka bersama ratusan mahasiswa Indonesia yang melanjutkan studi di Wuhan, harus di evakuasi oleh pemerintah.

Mereka dibawa ke Hanggar Lanud Raden Sadjad Ranai, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, untuk menjalani masa karantina atau observasi selama 14 hari.

Selama itu, banyak aktivitas yang harus mereka lalui ditengah penyebaran wabah virus corona yang menarik perhatian dunia.

“Kami melakukan banyak kegiatan bersama, mulai dari makan, kebersihan, olahraga. Paling berkesan adalah bapak-bapak TNI, yang hampir menangis saat melepas kepergian kami,” kenang Rizka, saat ditemui di Bandara APT Pranoto Samarinda, Minggu (16/2).

Tepat pukul 11.00 Wita, Rizka bersama 13 mahasiswa lainnya dibawa kembali ke Kaltim, setelah mereka resmi dinyatakan negatif terjangkit dari virus corona dengan menggunakan pesawat Airbus A320 Batik Air.

Dari 14 orang yang dipiloti oleh Capt Abimanyu dan 7 rekan awak pesawat lainnya, 5 orang diantaranya didaratkan di Bandara SAMS Sepinggan, Balikpapan. Sedangkan, 9 orang lainnya dibawa ke Samarinda, melalui Bandara APT Pranoto.

“Pertama, pastinya ingin makan. Makan bakso dong. Pastinya, kangenlah sama orang tua,” ungkap Rizka.

Simak Video Lengkapnya : Observasi Natuna, Pulang Bawa Cerita

Dia menceritakan, saat kabar penyebaran virus corona di Wuhan, Tiongkok tidak ada alat transportasi yang diperbolehkan untuk beroperasi. Sementara, pihak universitas, turut menghimbau agar mereka tidak keluar dari area kampus, saat itu.

“Jadi, kami di lock down. Makanan sangat terbatas, banyak orang yang membeli jadi kami sempat mengalami kesulitan selama beberapa hari. Sedih betul,” ungkapnya lagi meski sembari melempar tawa kepada para wartawan yang sudah menanti kedatangan mereka, sejak pagi.

Dalam kesempatan yang sama, Inesa Alviani yang turut ditemui di tempat yang sama, ikut membagikan rasa bahagianya, setelah kembali menapakkan kaki di Samarinda.

“Senang banget, selain bisa ketemu dengan keluarga, ternyata masyarakat juga menerima dan tidak membedakan kami, karena dianggap membawa virus,” ungkap Inesa.

Harus diakui, stigma negatif akibat maraknya penyebaran corona virus atau Covid 19, banyak menghantui pikiran masyarkat. Apalagi, tak sedikit kabar hoax yang sempat menghampiri Kota Samarinda dan beberapa kota lain beberapa pekan terakhir, terkait indikasi penyebaran virus mematikan ini.

Meski demikian, Inesa yang merupakan warga Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara ini mengaku harus kembali ke Tiongkok, untuk melanjutkan studinya sebagai Mahasiswa Kedokteran di Universitas Hubei Minzu.

“Saya harus kuliah. Seharusnya besok (17/2) sudah harus masuk. Namun kampus mewacanakan kelas online, ini yang masih harus saya konfirmasi lagi,” tuturnya.

Sementara itu, Heru Sasongko, Korwil KKP APT Pranoto Samarinda kembali menegaskan bahwa tak ada hal lain yang harus di khawatirkan masyarakat terkait kepulangan 9 orang mahasiswa dari Natuna ini.

“Sebagai catatan, mereka ini sehat. Jadi tidak perlu ada hal yang harus dikhawatirkan,” himbaunya, usai menyambut kehadiran 9 orang mahasiswa dari pintu VIP Bandara APT Pranoto Samarinda.