Presisi - Kinerja ekonomi dunia tahun 2019 penuh dengan tantangan dan diperkirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Ekonomi global sepanjang tahun 2019 di seluruh kawasan tercatat mengalami perlambatan. Diprakirakan ekonomi global hanya akan tumbuh sebesar 3,00% di tahun 2019 setelah pada tahun 2018 tumbuh sebesar 3,60%. Kondisi ini merupakan dampak dari ketidakpastian global akibat perang dagang yang berlangsung antara Amerika Serikat dengan Tiongkok dan sejumlah negara lainnya.
Ditengah proyeksi perlambatan dunia, Bank Indonesia merespon dengan menurunkan suku bunga sebesar 100 basis poin menjadi 5% serta mendorong peningkatan likuiditas dengan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan sebesar 100 bps menjadi 5,5%. Dalam menghadapi berbagai tantangan global, selain melalui kebijakan moneter tersebut, penting untuk memperkuat ketahanan dan pertumbuhan ekonomi menuju Indonesia maju dengan 3 kata kunci strategi yakni Sinergi, Transformasi dan Inovasi
Sinergi dilakukan melalui bauran kebijakan ekonomi dan keuangan dengan fiskal maupun dengan sektor rill untuk memperkuat ketahanan ekonomi yang tercermin dari inflasi rendah dan stabil, nilai tukar rupiah stabil, defisit transaksi berjalan terkendali, defisit fiskal aman, serta stabilitas sistem keuangan terjaga. Selain bersinergi, transformasi ekonomi penting dilakukan untuk mengembangkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang bernilai tambah lebih tinggi dan berkualitas.
Selanjutnya, di era digital saat ini perlu mendorong inovasi dalam ekonomi dan keuangan digital untuk menumbuhkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan inklusif. Pengembangan inovasi ekonomi dan keuangan serta integrasi ekosistem bisnis ekonomi dan keuangan digital perlu dilaksanakan di berbagai segmen sehingga berdaya saing kuat serta mampu menghadapi serbuan penguasaan bisnis oleh sejumlah big tech global.
Di Provinsi Kalimantan Timur, Sinergi, Transformasi dan Inovasi juga relevan untuk memperkuat ketahanan dan pertumbuhan ekonomi dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global dan meningkatnya digitalisasi. Sinergi dalam pengendalian inflasi agar tetap rendah dan stabil tercermin pada optimalisasi peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten. Selain itu, sinergi juga dilakukan antara BI Kaltim dengan Perbankan dan pihak-pihak lainnya untuk membuat beberapa terobosan baru dalam Pengelolaan Uang Rupiah.
Misalnya, melalui program BI Jangkau (distribusi uang ke banyak kecamatan di Kaltim, termasuk kecamatan terluar dan terpencil), penukaran uang melalui perbankan dll. Sinergi yang baik antara Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah juga terlihat dari peran Regional Investor Relation Unit (RIRU) dalam mendorong pertumbuhan investasi proyek-proyek strategis di seluruh Kaltim dengan promosi hingga level internasional.. Pengembangan ekonomi kerakyatan atau UMKM juga dilakukan secara sinergi dengan Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak pembangunan ekonomi daerah serta pihak-pihak terkait lainnya.
Ditengah perlambatan ekonomi sejumlah daerah, ekonomi Kalimantan Timur triwulan III 2019 tumbuh 6,89% (yoy), masih melanjutkan tren pertumbuhan yang meningkat. Kondisi tersebut didorong oleh akselerasi lapangan usaha pertambangan non migas dan industri pengolahan sebagai dampak dari tingginya permintaan negara mitra dagang.
Namun demikian, pertumbuhan tersebut tertahan oleh lapangan usaha konstruksi yang tumbuh lebih lambat. Ekonomi Kaltim juga terekspos risiko ekonomi jangka panjang dari perkembangan harga komoditas yang masih menunjukkan tren penurunan.
Selain itu, dominasi sektor pertambangan di Kaltim pada 10 tahun terakhir, memerlukan transformasi guna menumbuhkan sumber pertumbuhan ekonomi baru yang memiliki nilai tambah tinggi, inklusif dan stabil. Transformasi struktural akan mendorong kesejahteraan rakyat dengan dukungan SDM yang berkualitas dan inovatif di era digital saat ini.