Menelusuri Jejak Pasar Setan, Surganya "Thrifting" di Kota Samarinda
Penulis: Presisi 1
Sabtu, 14 Maret 2020 | 9.664 views
Samarinda, Presisi.co - Istilah ngethrift akhir-akhir ini cukup santer terdengar, khususnya dikalangan millenial, termasuk di Kota Samarinda.
Thrift atau thrifting adalah kegiatan berbelanja barang-barang bekas atau second yang kualitasnya terjamin bagus. Walau bekas, namun kualitas barang-barang tersebut, tergolong branded yang harganya, masih terjangkau. Inilah yang menjadi alasan kenapa thrifting digemari anak muda Samarinda.
Di Kota Tepian, cukup banyak loh toko-toko ngethrift yang sering menjadi incaran anak muda Samarinda. Salah satunya, berada tepat dihadapan kafetaria Brew O Koffie, di Jalan Pangeran Antasari.
Nah, disini ada 11 penjual yang menjual berbagai jenis jaket, celana, kaos, topi hingga sepatu dengan jenis mode casual, retro, dan vintage.
Menurut Septa, salah satu pemilik lapak thrifting kepada wartawan Presisi.co, trend ngethrift baju second di Samarinda, bermulai sejak tahun 2014.
"Saya sendiri mulai usaha ini dari tahun 2010. Setelah itu, ketemu teman-teman seperti Kiting, Mas Parwan, dan Angga. Sekitar tahun 2013 ke 2014 itu rame-rame banget pas kita di Jalan Kusbang (Kesuma Bangsa)," kata Septa, Rabu (11/3/2020).
Foto : Septa, salah satu pedagang barang thrift di Kota Samarinda.
Bersama beberapa kawannya, Septa mengaku bahwa untuk menjalankan bisnis thrift di Kota Samarinda, Ia sempat pindah lapak di berbagai tempat di beberapa wilayah di Kota Tepian, hingga akhirnya menetap di depan kafetaria Brew O Koffie, sejak tahun 2018.
"Awalnya kita di Jalan Kusbang, itu di tahun 2013 ke 2014, cukup lama disitu. Kemudian, pindah ke Jalan Juanda. Tapi, tidak begitu ramai disana karena disitu jalur cepat, terus pindah ke daerah Tepian. Habis itu ke Jalan Bhayangkara, akhirnya pindah kesini," ujarnya.
Untuk memperkenalkan thrift shopping ini kepada masyarakat, khususnya kaula muda. Septa dan rekannya, bahkan menggagas sebuah project event, yang mereka beri nama dengan sebutan “Pasar Setan”.
Sebuah project event yang sengaja mereka gagas, untuk mempertemukan para shoppers thrifting dan para pelapak melalui bazar.
“Itu sebenarnya sudah dimulai dari tahun 2010. Kita juga ngadain di Balikpapan,” ungkap Septa.
Para pemburu barang-barang thrift ini sendiri, diakui Septa banyak memburu barang second yang mereka jual, ketika memasuki bulan puasa. Apalagi, barang yang mereka jual, dipastikannya, berbeda dari barang yang dijual sehari-hari.
“Disitu rame, banyak orang-orang nyari pas moment itu," ujarnya.
Untuk kisaran harga, Septa mulai mematok harga kaos mulai dari Rp. 100.000/potong. Sedangkan untuk celana di banderol mulai dari harga Rp. 150.000/potong.
"Saya mematok harga berdasarkan dari susah atau mudahnya mencari barang tersebut. Tapi paling murah juga ada sampai Rp 80.000, dan itu juga bisa di tawar di sini. Selain itu juga kita harus lihat dulu dari kondisi barang, setelah itu lanjut ke brandnya, sama susahnya cari barangnya itu. Kalau sudah itu baru kita bisa mematok harga,”terangnya.