FIFA dan UEFA Bimbang Coret Israel di Piala Dunia 2026
Penulis:
2 jam yang lalu | 42 views
M Nigara Wartawan Senior Sepakbola. (Joko Dolok/PWI)
Presisi.co - Berat. Inilah situasi yang saat ini dihadapi khususnya Federation Internationale de Football Association (FIFA) dan umumnya Union of European Football Association (UEFA).
Dua organisasi sepakbola ini bak pepatah gajah bertarung pelanduk mati di tengah, satu sisi PBB dan sisi lain Presiden Amerika Serikat Donald Trump, presiden yang negerinya menjadi salah satu tuan rumah bersama Piala Dunia 2026 selain Kanada dan Meksiko.
Trump tampaknya tidak main-main. Sebagai komandan dari sekutu Israel sebagaimana disampaikan juru bicaranya menegaskan, Trump memastikan Israel akan tetap bisa tampil di Piala Dunia 2026, sebagai mana dikutip Sky News.
Bahkan pihaknya tak segan berdiplomasi dengan UEFA dan FIFA. Menteri Luar Negeri Amerika Marco Rubio akan melakukan gerakan diplomatik, untuk memastikan Israel tidak mendapat sanksi baik oleh UEFA apalagi FIFA.
Sikap ini bertolak belakang dengan pandangan Trump terhadap Iran. Akibat negeri itu sempat memorak-porandakan Israel lewat serangan dahsyatnya, secara tegas meminta FIFA melarang Iran tampil di putaran final Piala Dunia 2026.
Kekuatan besar
PBB dengan kekuatan 4 dari 5 negara pemilik hak veto; Tiongkok, Rusia, Inggris, dan Perancis juga sudah secara tegas meminta UEFA dan FIFA mencoret Israel lantaran terbukti melakukan genosida di Gaza. Tekanan semacam ini belum pernah terjadi dalam event apa pun.
Akibatnya UEFA dan FIFA benar-benar dalam keadaan rumit. Dua kekuatan dunia saling tarik-menarik dan menekan mereka begitu rupa. Pertanyaannya, mampukah kedua organisasi sepakbola besar itu keluar dari situasi rumit ini?
Inilah yang ditunggu oleh sedikitnya para penggila bola di 153 negara. Negara yang secara tegas sudah mengakui Palestina merdeka dan secara bersama menegaskan Israel melakukan kejahatan genosida.
Berbeda dengan Iran yang sudah lolos dan memiliki tiket resmi putaran final, Israel yang hingga saat ini masih bertarung di grup I zona Eropa. Dalam klasemen sementara Israel berada di posisi ketiga, di bawah Norwegia di peringkat pertama dengan 15 poin dan Italia di posisi kedua, hanya saja poinnya sama-sama 9 dengan Israel. Italia memiliki selisih gol plus 5 (12-7) sedangkan Israel plus 4 (15-11).
Bukan tidak mungkin Israel menyalip Italia. Apalagi ada 'ancaman' dari Norwegia di leg ke-2 pada 11 Oktober 2025, mereka tidak ingin bertarung dengan Israel. Dengan begitu Israel kemungkinan akan memiliki 12 poin. Di hari yang sama Italia akan bertarung dengan Estonia yang di laga pertama dihajar 5-0. Artinya, salah sedikit Italia, Israel bisa melejit.
Secara teori sesungguhnya tidak ada yang rumit bagi UEFA dan FIFA untuk mencoret Israel. Sama mudahnya ketika UEFA mencoret Yugoslavia di putaran final Piala Eropa Swedia 1992. Meski negara itu terbelah akibat konflik dalam negeri, namun para pemain Yugoslavia sesungguhnya siap untuk tampil di putaran final.
Entah karena kasus Timnas Yugoslavia yang gagal, International Olympic Committee (IOC) sejak Olimpiade Rio de Janerio 2916 hingga Olimpiade Paris 2024, membentuk Refugee Olympic Team yang beranggotakan atlet-atlet dari berbagai negara yang berada dalam pengungsian.
Terkait sponsor?
Khusus untuk FIFA, mencoret Israel suka atau tidak kemungkinan akan berpengaruh pada sponsorship di Piala Dunia 2026. Hingga hari ini sudah 16 perusahaan dan produk yang telah mengikat kontrak. Sayangnya lebih dari separuh adalah perusahaan yang sahamnya patut dapat diduga dimiliki kelompok Yahudi.
Nah, jika Israel lolos atau jika Israel dicoret dalam sisa laga kualifikasi, apakah mereka marah atau tidak? Ini daftar sponsor Piala Dunia 2026; Adidas, Aramco, Coca Cola, Hyundai-Kia, Lenovo, Qatar Airways, VISA, AB InBev, American Airlines, Bank of America, Frito-Lay (Lay's), Hisense's, McDonald, Mengniu Dairy, Unilever (Dove Men+Care), dan Vetizon.
Sementara sebelas sponsor UEFA: Adidas, Alipay+, Atos, Betano, BYD, Carlsberg, Coca Cola Zero, Englbert Strauss, Hinese, Lidl, dan Visit Qatar.
Ya, sejak dulu hingga kapan pun, olaharaga, politik, dan bisnis akan terus-menerus saling tarik-menarik kekuatan dan kepentingan. Ketiganya langsung atau tidak akan selalu saling menunggangi. Begitulah...