search

Lifestyle

Hari BatikPrangkoFilatelis

Mengintip Ragam Batik Melalui Prangko

Penulis: Redaksi Presisi
2 jam yang lalu | 5 views
Mengintip Ragam Batik Melalui Prangko
Salah satu seri prangko dalam ragam batik. (Katalog Prangko Indonesia 1996 terbitan PT Saros Kaprindo, Surabaya, Edisi Pertama, Mei 1995)

Presisi.co - Hari ini, Kamis, 2 Oktober 2025 merupakan Hari Batik Nasional (HBN). Sejarah peringatan HBN berawal dari pengukuhan UNESCO (United Nations Educational Scientific Cultural Organization) terhadap batik Indonesia ke dalam Daftar Warisan Budaya Tak Benda pada 2 Oktober 2009 dalam sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah tentang Warisan Budaya Nonbendawi di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA). Hal ini merupakan pengakuan internasional terhadap mata budaya Indonesia.

Menyambut HBN, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia bekerja sama dengan Museum Tekstil menggelar perayaan bertema Batik Merawit (2 Oktober-30 November 2025) dengan Batik Tulis Merawit Cirebon sebagai ikon HBN 2025.

Batik Merawit adalah teknik membatik khas Cirebon yang menghasilkan garis-garis sangat tipis tanpa putus dan tegas (sekitar 0,1 - 0,3 mm). Batik ini merupakan warisan budaya dari pesisir utara Jawa Barat yang terkenal dengan keindahan pola dan kehalusan teknik pembuatannya.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan dan pengembangan batik Indonesia, Presiden ke-6 Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional (bukan merupakan hari libur) melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 33 Tahun 2009 tanggal 17 November 2009.

Prangko batik

Bagi penggemar filateli, sejumlah prangko bertema batik yang pernah diterbitkan Indonesia dapat menjadi bahan koleksi. Hal itu dilakukan untuk lebih mengenal aneka ragam motif batik khas dari berbagai daerah di Tanah Air, antara lain:

1. Seri prangko Kebudayaan Indonesia (9 Oktober 1973) dengan tiga nilai nominal yaitu Rp 60 (motif batik Parang Rusak), Rp 80 (motif batik Pagi Sore), dan Rp 100 (motif batik Merak Ngigel).

2. Seri prangko Warisan Budaya Tak Benda UNESCO (29 Maret 2010). Dua (dari enam) nilai nomimal menampilkan desain prangko batik yaitu Rp 1.000 (batik motif campuran) dan Rp 5.000 (batik motif kembang). Sedangkan empat nilai nominal lain dalam seri prangko ini menggambarkan wayang Hanoman (Rp 1.500), Arjuna (Rp 2.000), Kresna (Rp 2.500), dan keris (Rp 3.000).

3. Seri prangko Kain Tradisional Indonesia (6 Juli 2011) dengan nilai nominal Rp 2.500 menggambarkan delapan desain motif batik berbeda dari berbagai provinsi.

4. Seri prangko Kain Tradisional Indonesia terbitan 2012 dengan nominal Rp 2.500 menggambarkan aneka ragam batik dari berbagai provinsi (termasuk batik Betawi DKI Jakarta).

Pelestarian batik harus terus lakukan mengingat batik sebagai ciri khas warisan budaya Indonesia yang penuh dengan keindahan dan makna. Selamat Hari Batik Nasional 2025. (*)

 

Penulis:

Isman Budiman
Alumnus IISIP Jakarta, Filatelis, Anggota HIPFIL (Himpunan Penulis Filateli Indonesia), dan pengasuh rubrik Pojok Filateli di Harian Indonesia Minggu (1987-1994)

Baca Juga