Prabowo Sedih Ribuan Anak Keracunan MBG, Perintahkan Setiap SPPG Wajib Punya Alat Ini
Penulis: Rafika
2 jam yang lalu | 0 views
Presiden RI, Prabowo Subianto. (YouTube Setpres)
Presisi.co - Program unggulan Presiden Prabowo Subianto, Makan Bergizi Gratis (MBG), menghadapi ujian berat setelah kasus keracunan massal melanda ribuan anak dan ibu hamil di berbagai daerah.
Menyikapi hal ini, Presiden memerintahkan seluruh dapur penyedia makanan MBG untuk dilengkapi dengan alat uji (test kit) demi memastikan keamanan pangan sebelum distribusi.
Instruksi tersebut masuk ke dalam prosedur standar operasional (SOP) baru yang wajib dipatuhi oleh seluruh satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG). Kebijakan ini diambil menyusul temuan mengejutkan, yakni lebih dari 5.900 penerima manfaat menjadi korban keracunan sejak program diluncurkan.
Dalam pidato politiknya di Jakarta, Senin 29 September 2025, Prabowo mengekspresikan rasa kecewa sekaligus keprihatinan mendalam. Ia menilai insiden ini sebagai bentuk “penyimpangan” yang harus segera ditertibkan.
"Kita sudah bikin SOP, semua alat harus dicuci pakai alat modern, dan tidak terlalu mahal untuk membersihkan, untuk membunuh semua bakteri. Kita juga perintahkan semua dapur harus punya test kit, alat uji, sebelum distribusi harus diuji dulu semua, dan langkah preventif lainnya," kata Prabowo, dilansir dari Suara.com --jaringan Presisi.co.
Saat ini, lanjut Prabowo, program MBG telah menjangkau 30 juta orang. Meski dapat dianggap sebagai pencapaian penting, Prabowo mengaku masih diliputi kesedihan karena kualitas dan keamanan pangan belum sepenuhnya terjaga.
Ia juga mengingatkan adanya risiko yang lebih besar jika ekspansi program dipaksakan tanpa kesiapan.
"Saya sebagai Presiden masih-masih sangat sedih karena masih 50 juta anak-anak dan ibu hamil menunggu. Namun, kita tidak bisa paksakan untuk lebih cepat. Sekarang saja, bisa terjadi penyimpangan. Bayangkan kalau kita paksakan dengan secepatnya mungkin penyimpangan atau kekurangan bisa terjadi lebih dari itu," ujar Presiden.
Data Badan Gizi Nasional yang dipublikasikan pekan lalu menggambarkan betapa seriusnya “penyimpangan” dalam program MBG. Sepanjang Januari hingga September 2025, tercatat 70 insiden terkait keamanan pangan, termasuk kasus keracunan, yang menimpa 5.914 penerima manfaat.
Kasus terbanyak terjadi di Pulau Jawa dengan 41 insiden dan 3.610 korban. Sementara itu, wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali, dan Nusa Tenggara mencatat 20 kasus dengan 997 korban, serta Sumatera sebanyak 9 kasus dengan 1.307 korban.
Investigasi laboratorium mengungkap penyebab utama berasal dari kontaminasi bakteri berbahaya. Bakteri E. coli terdeteksi pada air, nasi, tahu, dan ayam. Sementara Staphylococcus aureus ditemukan pada tempe dan bakso, Salmonella pada ayam, telur, serta sayuran, dan Bacillus cereus pada menu mie. Selain itu, sumber air juga terindikasi tercemar bakteri Coliform, PB, Klebsiella, dan Proteus yang memperburuk kondisi. (*)