search

Advetorial

DPRD Kaltim Agusriansyah RidwanData kemendikbudAnak tidak sekolahPemkab kutim

Kutim Catat Jumlah Tertinggi Anak Tak Sekolah di Kaltim, Agusriansyah Ridwan Desak Pemkab Lakukan Ini

Penulis: Akmal Fadhil
3 jam yang lalu | 0 views
Kutim Catat Jumlah Tertinggi Anak Tak Sekolah di Kaltim, Agusriansyah Ridwan Desak Pemkab Lakukan Ini
Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Agusriansyah Ridwan. (Istimewa)

Samarinda, Presisi.co – Kutai Timur (Kutim) menjadi daerah dengan jumlah anak tidak sekolah tertinggi di Kalimantan Timur, berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan per 10 Maret 2025. 

Menyikapi hal ini, Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Agusriansyah Ridwan, mendesak Pemkab Kutim untuk segera memverifikasi dan menindaklanjuti data tersebut.

Agusriansyah yang merupakan legislator dari daerah pemilihan Kutim menilai tingginya angka ini mengindikasikan persoalan serius dalam pemerataan akses pendidikan, khususnya di wilayah terpencil dan tertinggal.

“Mudah-mudahan ke depan Pemkab Kutim punya data sendiri yang akurat, agar bisa dibandingkan dengan data BPS atau Kemdikbud. Data ini penting untuk jadi dasar kebijakan,” ujarnya usai Rapat Paripurna ke-22 DPRD Kaltim, Rabu 9 Juli 2025.

Dalam data Kemdikbud tersebut, jumlah anak di Kutim yang belum pernah bersekolah mencapai 9.945 orang. 

Sementara anak yang putus sekolah (drop out) tercatat sebanyak 1.996 orang, dan yang lulus namun tidak melanjutkan pendidikan mencapai 1.470 orang. 

Angka itu jauh melebihi kabupaten/kota lain seperti Kutai Kartanegara dan Samarinda.

Agusriansyah menyarankan pembentukan tim kajian independen untuk menelusuri penyebab tingginya angka tersebut. 

Ia menduga terdapat faktor-faktor kompleks seperti jauhnya jarak sekolah, keterbatasan infrastruktur pendidikan, hingga kemungkinan banyaknya anak usia sekolah yang telah bekerja atau bukan penduduk ber-KTP Kutim namun terdata di wilayah tersebut.

“Ini bisa jadi objek penelitian. Jangan sampai kita bilang pendidikan gratis, tapi biaya menuju sekolah justru jadi beban terbesar,” tegasnya.

Ia juga menyoroti perlunya pendekatan pendidikan yang sesuai dengan kondisi lokal. Menurutnya, orientasi pendidikan di daerah seperti Kutim harus diarahkan pada pengembangan potensi daerah dan kebutuhan tenaga kerja berbasis sumber daya lokal.

“Pendidikan yang tepat akan menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pembangunan. Jangan sampai kita hanya fokus pada angka, tapi lupa bahwa pendidikan adalah pondasi masa depan daerah,” tutupnya. (*)

Editor: Redaksi