search

Berita

Covid 19Covid 19 melonjakCovid 19 2025kasus covid 2025

Kasus Covid-19 Melonjak Lagi di Asia Tenggara, Pakar Paru-Paru Desak Pemerintah Segera Lakukan ini

Penulis: Rafika
1 hari yang lalu | 115 views
Kasus Covid-19 Melonjak Lagi di Asia Tenggara, Pakar Paru-Paru Desak Pemerintah Segera Lakukan ini
Ilustrasi virus. (Ist)

Presisi.co - Tren kenaikan kasus Covid-19 kembali terjadi di sejumlah negara Asia Tenggara memicu kekhawatiran akan potensi lonjakan serupa di Indonesia. 

Meskipun kasus di Indonesia belum melonjak drastis, data lokal menunjukkan tren kenaikan yang patut diwaspadai.

Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyampaikan, terdeteksi 7 kasus Covid-19 di Indonesia selama periode 25-31 Mei 2025.

Merespons kondisi tersebut, Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Dr. Tjandra Yoga Aditama, mengingatkan pemerintah agar tidak mengabaikan situasi ini dan segera mengambil langkah preventif.

"Di awal Juni sekarang ini berbagai media memberitakan kenaikan lebih lanjut kasus Covid-19 di Thailand. Selain ada ribuan kasus baru dan juga sudah terjadi cukup banyak kematian, maka ada juga daerah Samut Prakan yang sudah memberlakukan sekolah on line pada Ratwinit Bangkaeo School di distriik Bang Phli," kata Tjandra dalam keterangannya, Rabu, 4 Juni 2025, sebagaimana diberitakan Suara.com.

Ia juga mencermati perkembangan serupa di Australia. Saat menjalankan tugas akademik di Griffith University, Brisbane, ia memperoleh informasi tentang varian baru NB.1.8.1 yang mulai menyebar seiring memasuki musim dingin di negara tersebut.

Berkaca pada situasi itu, Tjandra menyampaikan lima rekomendasi penting agar Indonesia lebih siap menghadapi potensi lonjakan kasus.

Pertama, ia menegaskan pentingnya memperkuat surveilans epidemiologi dan pengawasan genomik untuk mengetahui perkembangan jumlah kasus serta jenis varian yang beredar.

Ia juga mendorong keterbukaan data kepada publik terkait varian dominan yang tengah menyebar di Indonesia.

Kedua, ia mendorong penyediaan vaksin tambahan bagi kelompok rentan, terutama jika sudah lebih dari setahun sejak dosis terakhir diberikan. Menurutnya, upaya ini harus disesuaikan dengan varian yang tengah beredar dan ketersediaan vaksin di Tanah Air.

"Akan baik kalau ada data tentang varian/sub varian apa yang beredar di Indonesia yang secara jelas dihubungkan dengan ketersediaan vaksin di negara kita," katanya.

Langkah ketiga, Tjandra mendorong peningkatan kolaborasi regional, khususnya melalui ASEAN dan WHO, guna mengamati pola penyebaran global.

Ia juga menyoroti pentingnya peran ASEAN Center for Public Health Emergencies and Emerging Diseases (ACPHEED) dalam koordinasi respons kawasan.

Keempat, ia mengingatkan bahwa Covid-19 belum benar-benar hilang dan masih menimbulkan kasus di berbagai negara, termasuk Indonesia. Karena itu, kemungkinan kenaikan kasus tetap terbuka dan perlu diantisipasi.

"Kasusnya masih ada di berbagai negara, termasuk negara kita juga. Jadi karena ada kasus, maka tentu saja ada kemungkinan variasi peningkatan kasus dari waktu ke waktu," tuturnya.

Terakhir, ia menekankan perlunya masyarakat menerapkan kembali prinsip Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Menurutnya, PHBS sebagai pondasi utama dalam menjaga ketahanan tubuh dari berbagai penyakit, termasuk Covid-19.

"Secara umum kita dapat katakan bahwa peningkatan kasus COVID-19 di beberapa negara tetangga perlu kita amati dengan cermat, tentu tidak perlu panik tetapi jelas harus waspada, tidak bisa diabaikan begitu saja," pesannya.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya telah melaporkan perkembangan kasus Covid-19 kepada Presiden Prabowo Subianto dalam pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa, 3 Juni 2025 lalu.

Budi memastikan varian yang kini beredar berasal dari sub varian yang tergolong tidak mematikan, sehingga masyarakat diimbau untuk tetap tenang.

"Tapi ini adalah varian-varian yang relatif tidak mematikan. Jadi enggak usah terlalu dikhawatirkan supaya masyarakat enggak panik,” kata Budi. (*)

Editor: Redaksi