Pemerintah Mau Tulis Ulang Sejarah Indonesia, Ini 6 Urgensinya Kata Menbud Fadli Zon
Penulis: Rafika
1 hari yang lalu | 110 views
Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon (kiri) dan Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha (kanan). (Tangkapan layar)
Presisi.co - Menteri Kebudayaan (Menbud) RI, Fadli Zon, menyampaikan pentingnya proyek penulisan ulang sejarah nasional Indonesia yang tengah digagas pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Proyek ini dinilai sebagai upaya untuk membentuk identitas bangsa yang lebih Indonesia-sentris dan terbebas dari perspektif kolonial.
Pernyataan tersebut disampaikan Fadli saat rapat kerja bersama Komisi X DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 26 Mei 2025.
Dalam paparannya, Fadli menyebutkan proyek ini akan melibatkan 113 sejarawan dan akademisi dari berbagai latar belakang keilmuan.
"113 ini adalah sejarawan, apakah itu guru besar, profesor atau doktor di bidang sejarah, termasuk ada arkeolog, ada yang latar belakangnya arsitektur dari 34 perguruan tinggi dan 8 institusi, dan 113 penulis. Ada 20 editor jilid dan 3 editor umum. Semua dari kalangan akademisi tadi, arkeolog, geografi, sejarah ilmuwan humaniora lainnya," kata Fadli dalam rapat, dilansir dari Suara.com.
Salah satu pendiri Partai Gerindra ini menilai penulisan ulang sejarah masa lalu bangsa Indonesia penting untuk membentuk identitas nasional dari perspektif Indonesia-sentris.
"Sebagai himpunan dari perjalanan sejarah bangsa untuk membentuk national identity atau reinventingIndonesianidentity dalam perspektif secara Indonesia Sentris, sebagai bangsa merdeka, berdaulat dan seterusnya," terangnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan penulisan ulang sejarah bangsa Indonesia ini bukan dimulai dari nol, melainkan akan menggunakan referensi dari buku-buku sejarah yang sudah ada. Namun, buku sejarah versi kolonial Belanda tidak akan menjadi rujukan.
"Tentu saja bukan dari 0. Jadi buku-buku ini menjadi suatu acuan utama begitu juga Indonesia dalam arus sejarah dan sejarah nasional Indonesia tentu buku Belanda ini tidak kita jadikan acuan. Dan ini mengungkap secara garis besar sekali lagi, aspek kehidupan, politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain," bebernya.
Fadli juga merinci enam urgensi dari penulisan ulang sejarah nasional. Di antaranya adalah untuk menghapus bias kolonial, menegaskan perspektif Indonesia-sentris.
"Menegaskan perspektif indonesiasentris apalagi sekarang ini kita 80 tahun Indonesia merdeka sudah saya kira waktunya kita memberikan satu pembebasan total dari bias kolonial ini dan menegaskan perspektif indonesia sentris," katanya.
Kemudian, untuk menjawab tantangan globalisasi, menegaskan otonomi keilmuan sejarah, serta membangun kembali identitas kebangsaan, khususnya untuk generasi muda.
"Kemudian relevansi untuk generasi muda. Dan reinventingIndonesianidentity. Dan lebih lebih lagi karena kita terakhir menulis sejarah itu ya hingga 25 tahun yang lalu dan belum pernah ada lagi penulisan," pungkasnya. (*)