search

Daerah

Samarendah FreediverSamarinda ScubaZenobiaKomunitas MenyelamNever Dive Alone Advanced Open Water Rescue Diver Dive Master

Lebih Dekat dengan Komunitas Samarendah Freediver dan Samarinda Scuba

Penulis: Muhammad Riduan
6 jam yang lalu | 88 views
Lebih Dekat dengan Komunitas Samarendah Freediver dan Samarinda Scuba
Dokumentasi Samarendah Freediver dan Samarinda Scuba.

Samarinda, Presisi.co – Meski tidak memiliki garis pantai langsung, semangat masyarakat Samarinda untuk mengeksplorasi dunia bawah laut tetap tinggi. Hal ini terbukti dari hadirnya dua komunitas penyelaman yang aktif dan terus berkembang di Kota Tepian yakni Samarendah Freediver dan Samarinda Scuba.

Dua komunitas ini menjadi rumah bagi ratusan warga Samarinda yang tertarik dengan olahraga selam. Baik itu penyelaman bebas (tanpa tabung) maupun penyelaman dengan alat bantu pernapasan (scuba diving).

Keduanya memiliki pendekatan, struktur pelatihan, serta sertifikasi berbeda, namun satu tujuan yang sama mengenalkan dan membina olahraga selam kepada masyarakat secara aman dan profesional.

Satu Tujuan, Dua Teknik Selam

Menurut Zenobia, Wakil Ketua Komunitas untuk Samarendah Freediver, komunitas ini terbentuk pada April 2020. Sementara Samarinda Scuba menyusul pada September 2023, diprakarsai oleh Dedy, yang kini menjabat sebagai pembina komunitas.

“Samarinda Scuba adalah satu-satunya komunitas scuba diving di kota ini. Fokusnya di penyelaman menggunakan alat bantu napas, dan untuk ikut, setiap anggota harus memiliki lisensi,” jelas Zenobia, diwawancarai di Klinik Kopi Jalan Harmonika, Sabtu 12 Juli 2025.

Sertifikasi di dunia scuba terbagi dalam lima tingkatan, mulai dari Open Water Diver, Advanced Open Water, Rescue Diver, Dive Master, hingga Instructor. Aktivitas penyelaman biasanya dilakukan di spot-spot diving sekitar Muara Badak, yang dapat diakses sekitar satu jam dari pusat kotanya.

Berbeda dengan scuba, Samarinda Freediver mengusung penyelaman bebas tanpa tabung, hanya menggunakan masker, snorkel, dan fin. Zenobia menyebut dirinya sudah mengantongi lisensi dari sistem Molchanovs dan berada di tingkat Wave 1 yakni menyelam hingga kedalaman 16 meter tanpa alat bantu pernapasan. Sertifikasi ini memiliki lima level hingga mencapai tingkat instruktur.

688 Anggota, Latihan Rutin Setiap Pekan

Antusiasme terhadap dua komunitas ini sangat tinggi. Saat ini, Samarinda Freediver sudah memiliki lebih dari 688 anggota. Latihan rutin digelar setiap hari Jumat dan Minggu di kolam-kolam renang berbeda, seperti Hotel Mesra Indah atau Putri Ayu.

“Dalam satu sesi latihan maksimal hanya bisa diikuti 30 orang. Karena jumlah pelatih terbatas, satu pelatih biasanya menangani tujuh hingga delapan peserta,” jelasnya.

Latihan dimulai dari pengenalan alat, adaptasi air, teknik penyelaman statis dan dinamis, hingga evaluasi kemampuan. Anggota baru yang ingin mengikuti open trip ke laut harus melalui pelatihan hingga dinyatakan siap oleh pelatih.

Komunitas tersebut terbuka untuk siapa saja tanpa batas usia, baik pria maupun wanita. Syarat utama hanya satu kondisi kesehatan fisik dan mental yang stabil.

“Kami punya anggota termuda berusia 10 tahun dan yang paling tua juga ada. Yang penting tidak mengidap penyakit seperti epilepsi karena sangat berbahaya saat menyelam,” bebernya.

Menariknya, banyak anggota yang awalnya tidak bisa berenang atau bahkan takut air, namun kini sudah mahir dan ikut serta dalam trip penyelaman luar kota.

"Tapi secara umum sebenarnya tidak ada persyaratan khusus. Tidak ada persyaratan khusus. Mau tua, muda, cewek serta cowok," ucapnya.

Never Dive Alone

Sebagai komunitas yang menjunjung tinggi keselamatan, Samarinda Freediver dan Scuba memiliki semboyan khusus yakni Never Dive Alone jangan pernah menyelam sendirian.

“Selalu bersama buddy, karena kalau terjadi sesuatu bisa cepat ditangani. Keselamatan nomor satu,” tegasnya.

Komunitas ini terus membuka ruang bagi siapa pun yang tertarik menjelajahi dunia bawah laut. Dengan pendekatan edukatif dan sistematis, Samarinda Freediver dan Samarinda Scuba kini bukan hanya menjadi tempat belajar, tapi juga wadah healing dan eksplorasi untuk masyarakat Kota Tepian. (*)

Editor: Redaksi