search

Internasional

Xi JinpingDonald TrumpBeijingTrump Presiden ASkebijakan tarif Trump

Ini Strategi Baru yang Disiapkan Tiongkok dalam Menghadapi Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih

Penulis: Rafika
Jumat, 08 November 2024 | 301 views
Ini Strategi Baru yang Disiapkan Tiongkok dalam Menghadapi Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih
Presiden Repubblik Rakyat Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Terpillih Amerika Serikat Donald Trump. (net)

Presisi.co - Kembali terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat menjadi ancaman yang memicu persiapan Tiongkok untuk menghadapi kebijakan ekonomi yang lebih keras. Saat Trump menjadi Presiden amerika Serikat 8 tahun lalu, kebijakan tarif tinggi dan retorikanya yang keras memicu perang dagang dengan Tiongkok.

Oleh sebab itu, Tiongkok kini tengah menyiapkan strategi baru agar perang dagang dengan Amerika Serikat pada masa kepemimpinan Trump lalu tidak terulang lagi

Jika Trump kembali menduduki Gedung Putih, Beijing berencana memperkuat ketahanan ekonominya dengan mengandalkan aliansi internasional, meningkatkan kemandirian teknologi, dan mengalokasikan dana cadangan guna mengatasi kemungkinan kenaikan tarif yang dijanjikan Trump.

Berbeda dengan reaksi keras di masa kepemimpinan Trump yang pertama, Beijing kini cenderung memilih pendekatan yang lebih hati-hati.

Zhao Minghao, pakar hubungan internasional dari Universitas Fudan di Shanghai, menyatakan bahwa Tiongkok tidak akan kembali pada strategi balasan seperti sebelumnya. Sebaliknya, kali ini Tiongkok memilih pendekatan yang lebih tenang dengan fokus pada "kerjasama" dan membangun "hubungan yang stabil serta berkelanjutan" untuk meredakan ketegangan.

Meski ancaman tarif masih terus membayangi, Xi Jinping menekankan perlunya hubungan stabil antara kedua negara dalam pidatonya kepada Trump.

Situasi ekonomi Tiongkok, yang saat ini mengalami pertumbuhan lebih lambat dibandingkan tahun 2016. Krisis di sektor properti dan lonjakan utang domestik turut memperlemah posisi Tiongkok di tengah ancaman tarif baru.

Meski perusahaan-perusahaan teknologi di Tiongkok telah berhasil mengurangi ketergantungan pada impor AS, kebijakan perdagangan Trump, termasuk rencana mengenakan tarif lebih dari 60% pada produk Tiongkok, tetap menjadi ancaman besar.

Trump, yang berjanji akan mencabut status perdagangan istimewa Tiongkok dan memberlakukan tarif lebih dari 60% untuk produk asal Tiongkok, sehingga membuat para produsen di negara itu waswas. Setiap tahunnya, Tiongkok mengirimkan barang senilai lebih dari $400 miliar ke AS, belum termasuk komponen untuk produk yang dijual ke pasar global.

Di samping itu, Beijing terus memperkuat hubungan internasional dengan mendekati negara-negara Global South dan menyelesaikan perselisihan dengan negara-negara tetangga seperti India dan Jepang, dalam upaya menyeimbangkan perdagangan luar negerinya di tengah tantangan baru dari kebijakan AS yang mungkin lebih proteksionis. (*)

Editor: Rafika