Merinding! Ini Pesan Terakhir Ismail Haniyeh Pemimpin Hamas Sebelum Tewas Dibunuh Israel
Penulis: Rafika
Sabtu, 03 Agustus 2024 | 515 views
Presisi.co - Sebelum terbunuh dalam suatu serangan di Teheran pada Rabu (31/7), pemimpin Hamas Ismail Haniyeh sempat memberikan pesan terakhirnya kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ruhollah Ali Khamenei.
Dalam pertemuannya dengan pimpinan Iran itu, Haniyeh mengutip sebuah ayat Al-Qur'an yang berisi perjalanan hidup, kematian, keabadian, dan kekuatan saat menghadapi cobaan. Pernyataan ini disiarkan di televisi saat Haniyeh berbicara kepada Khamenei.
"Allah yang menghidupkan dan mematikan. Dan Allah Mahamengetahui semua tindakan ... 'Jika seorang pemimpin pergi, yang lain akan muncul'," kata Haniyeh dalam bahasa Arab.
Beberapa jam setelah mengucapkan kalimat tersebut, Haniyeh terbunuh dalam sebuah serangan di wisma tamunya yang diduga dilakukan Israel.
Haniyeh dimakamkan di Qatar pada Jumat, 2 Agustus 2024. Ia menjadi pemimpin Hamas ketiga yang tewas di tangan Israel selama dua dekade terakhir.
Sebelumnya, Israel membunuh Sheikh Yassin dan penggantinya Abdel-Aziz al-Rantissi dalam waktu satu bulan dalam serangan udara helikopter pada 2004.
Haniyeh terpilih menjadi pimpinan utama Hamas pada tahun 2017 menggantikan Khaled Mashaal dalam pemilihan umum.
Awalnya, Haniyeh mulai terlibat dalam aktivitas kelompok Hamas saat berkuliah. Pada tahun 1983, ketika berkuliah di Universitas Islam Gaza, Ismail Haniyeh bergabung dengan Blok Mahasiswa Islam, yang menjadi cikal bakal terbentuknya Hamas.
Haniyeh diketahui dekat dengan pemimpin spiritual sekaligus pendiri Hamas, Sheikh Ahmed Yassin yang tewas di tangan Israel pada tahun 2004.
Haniyeh, dalam wawancara dengan Reuters di Gaza pada 1994, menuturkan Sheikh Yassin mengajarkan mereka bahwa perebutan kembali Palestina yang merupakan tanah air mereka dari pendudukan Israel hanya dapat ditempuh melalui "perjuangan suci yang diwakili oleh senjata dan tekad rakyatnya."
Haniyeh juga mengutip perkataan Yassin yang menyebut, tidak seorang pun Muslim seharusnya meninggal di tempat tidurnya sementara "Palestina" tetap diduduki.
Sebagai figur tertinggi dalam organisasi Hamas, Haniyeh sering berada di luar Gaza untuk menghindari serangan dan blokade yang dilancarkan oleh Israel. Selama ini, Haniyeh disebut-sebut tinggal di pengasingan di Turki dan Qatar.
Haniyeh selama ini kerap menjalin komunikasi dengan beberapa mitra Hamas seperti Qatar dan Iran. Ia juga menjalani peran sebagai negosiator dalam perundingan gencatan senjata Gaza.
Sebelumnya pada April 2024 lalu, Israel telah menewaskan ketiga putra Haniyeh yakni Hazem, Amir, dan Mohammad. Kala itu, mobil yang mereka kendarai dibom oleh jet tempur Israel di kamp Al Shati. Empat cucu Haniyeh, yakni Mona, Amal, Khaled dan Razan juga ikut tewas.
"Darah anak-anak saya tidak lebih berharga daripada darah anak-anak rakyat Palestina... Semua martir Palestina adalah anak-anak saya," katanya setelah kematian mereka.
"Melalui darah para martir dan rasa sakit dari mereka yang terluka, kita menciptakan harapan, kita menciptakan masa depan, kita menciptakan kemerdekaan dan kebebasan bagi rakyat kita," katanya. "Kita katakan kepada pendudukan bahwa darah ini hanya akan membuat kita lebih teguh dalam prinsip dan keterikatan kita pada tanah kita." (*)