search

Berita

Ismail Haniyehprofil Ismail HaniyehIsmail Haniyeh tewaspemimpin Hamas terbunuhHamas

Mengenal Ismail Haniyeh, Rekam Jejak Sang Pemimpin Hamas yang Tewas Akibat Serangan Israel

Penulis: Rafika
Rabu, 31 Juli 2024 | 195 views
Mengenal Ismail Haniyeh, Rekam Jejak Sang Pemimpin Hamas yang Tewas Akibat Serangan Israel
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh. (AFP/ANWAR AMRO)

Presisi.co - Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, dilaporkan telah tewas terbunuh dalam sebuah serangan di wilayah Iran pada Rabu (31/7/2024). Kabar meninggalnya Ismail Haniyeh telah dikonfirmasi oleh kelompok militan Hamas dan kelompok paramiliter Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).

Laporan Reuters menyebutkan kelompok Hamas sendiri telah memberikan pernyataan atas terbunuhnya petinggi mereka.

Dalam pernyataan mereka, Hamas menyampaikan duka cita atas kematian Haniyeh. Menurut mereka, eks Perdana Menteri Palestina di Gaza itu dibunuh dalam sebuah “serangan udara oleh zionis yang berbahaya di kediamannya di Teheran.”

Para pimpinan Hamas memang menjadi target pembunuhan Israel, tak terkecuali Ismail Haniyeh yang merupakan tokoh paling penting dalam struktur organisasi Hamas.

Sebelumnya pada April 2024 lalu, Israel telah menewaskan ketiga putra Haniyeh yakni Hazem, Amir, dan Mohammad. Kala itu, mobil yang mereka kendarai dibom oleh jet tempur Israel di kamp Al Shati. Empat cucu Haniyeh, yakni Mona, Amal, Khaled dan Razan juga ikut tewas.

Lantas, seperti apa sosok Ismail Haniyeh?

Ismail Abdulsalam Ahmed Haniyeh lahir pada 29 Januari 1963. Ia dilahirkan di kamp pengungsi Shati di Gaza. Orang tuanya melarikan diri dari Kota Asqalan setelah negara Israel berdiri di atas kawasan tersebut pada 1948.

Meski menjadi pemimpin tertinggi kelompok militan tersbesar Palestina, Ismail Hnaiyeh tidak pernah menempuh pendidikan militer. Ia merupakan lulusan Universitas Islam Gaza dengan gelar dalam bidang sastra Arab pada 1987 silam.

Ia mulai terlibat dalam aktivitas kelompok Hamas saat berkuliah. Pada tahun 1983, Ismail Haniyeh bergabung dengan Blok Mahasiswa Islam, yang menjadi cikal bakal terbentuknya Hamas.

Selama berlangsungnya intifada pertama, Haniyeh bergbaung dengan Hamas dan ikut berpartisipasi dalam aksi protes. Akibatnya, ia sempat dijebloskan ke penjara oleh pengadilan militer Israel dan sempat dideportasi.

Haniyeh diketahui dekat dengan pemimpin spiritual sekaligus pendiri Hamas, Sheikh Ahmed Yassin yang tewas di tangan Israel.

Pada 1997, Haniyeh ditunjuk untuk mengepalai kantor Hamas setelah Israel membebaskan Ahmed Yassin.

Karier Haniyeh di Hamas terus menanjak. Pada tahun 2003, ia dipercaya menjadi tangan kanan Ahmed Yassin sebelum pendiri Hamas itu tewas di tangan Israel satu tahun berikutnya.

Haniyeh terpilih menjadi Perdana Menteri Palestina pada 2006 setelah kemenangan Hamas dalam pemilihan parlemen tahun itu. Tak berselang lama, jabatannya diberhentikan oleh Presiden Mahmoud Abbas pada tahun 2007.

Pada tahun 2017, Haniyeh terpilih menjadi pimpinan utama Hamas menggantikan Khaled Mashaal dalam pemilihan umum.

Sebagai figur tertinggi dalam organisasi Hamas, Haniyeh sering berada di luar Gaza untuk menghindari serangan dan blokade yang dilancarkan oleh Israel. Selama ini, Haniyeh disebut-sebut tinggal di pengasingan di Turki dan Qatar.

Haniyeh selama ini kerap menjalin komunikasi dengan beberapa mitra Hamas seperti Qatar dan Iran. Ia juga menjalan peran sebagai negosiator dalam perundingan gencatan senjata Gaza.

Meski bergabung dengan Hamas, Haniyeh terkenal sebagai tokoh politisi moderat.

Haniyeh disebut-sebut juga telah menjaga hubungan baik dengan para pemimpin faksi-faksi Palestina, termasuk saingan Hamas, Fatah. (*)

Editor: Rafika