search

Berita

Mahfud MDFood EstateFood estate gagaldebat cawapresdebat pilpres 2024

CEK FAKTA: Mahfud MD Sebut Food Estate Gagal, Begini Realitas Proyeknya di Kalimantan Tengah

Penulis: Rafika
Minggu, 21 Januari 2024 | 796 views
CEK FAKTA: Mahfud MD Sebut Food Estate Gagal, Begini Realitas Proyeknya di Kalimantan Tengah
Mahfud MD dalam debat cawapres di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta Pusat, Minggu (21/1/2024). [Sumber: Tangkapan Layar/Youtube KPU RI]

Presisi.co - Calon wakil presiden nomor urut 03, Mahfud Md, menilai food estate sebagai proyek gagal. Hal itu disampaikan Mahfud Md dalam debat kedua cawapres yang dilangsungkan di Jakarta Convention Center (JCC), Minggu (21/1/2024) malam.

Untuk diketahui, Food estate adalah konsep pengembangan pangan terintegrasi yang meliputi pertanian, perkebunan, dan peternakan di sebuah kawasan. Program ini termasuk salah satu Program Strategis Nasional (PSN) 2020-2024.

Saat pemaparan visi misi, Mahfud menyinggung proyek food estate yang dijalankan pemerintah termasuk proyek gagal dan menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan.

“Maka kami punya program petani, di laut jaya, nelayan sejahtera. jangan seperti food estate yang gagal dan merusak lingkungan, yang bener aja, rugi dong kita,” kata Mahfud Md.

Lantas, benarkah food estate adalah proyek gagal?

Dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (UII), Masitoh Nur Rohmah mengatakan, food estate memang dapat digolongkan sebagai proyek gagal.

Menurutnya, food estate yang dilaksanakan mulai 2020 di Kalimantan Tengah dengan luas 30.000 hektare dari bekas proyek lahan gambut dapat dinyatakan gagal karena berbagai faktor:

  • Pertama, terjadi pemaksaan perubahan pola tanam yang menyebabkan kegagalan panen dan hasil produksi yang kurang maksimal pada periode berikutnya.
  • Kedua, implementasi skema ekstensifikasi di kawasan pertanian tidak maksimal.
  • Ketiga, pembukaan lahan yang dilakukan pemerintah masih belum siap untuk ditanami produk pertanian karena masih banyak kayu dan akar yang belum dibersihkan.
  • Keempat, masih terdapat banyak saluran air yang tidak dibangun untuk mendukung irigasi pertanian.
  • Kelima, kurangnya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan food estate. Hal ini menyebabkan banyaknya informasi yang terlewatkan dan minimnya partisipasi masyarakat.

Hal senada juga disampaikan Peneliti Sajogyo Institute, Kiagus Muhamad Iqbal menurut laporan BBC Indonesia (2023), mengeklaim food estate di Kalimantan Tengah mengalami kegagalan.

“600 hektare perkebunan singkong mengalami gagal panen, dan 17.000 hektar sawah baru tidak panen juga. Kegagalan diakibatkan perencanaan yang terlalu elitis hingga tidak ada partisipasi (bahkan terjadi penolakan) dari masyarakat,” bebernya, dikutip dari Suara.com.

Pernyataan tersebut juga dibenarkan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran (Unpad), Viktor Primana. Menurutnya, sejumlah perkebunan pangan skala besar yang didirikan oleh pemerintah Indonesia di bawah program food estate dilaporkan telah ditinggalkan.

Investigasi lapangan pada 2022 dan 2023 menemukan adanya semak liar dan ekskavator yang ditinggalkan di lahan yang sebelumnya dibuka untuk penanaman singkong dan padi di provinsi Kalimantan Tengah.

“Para aktivis mengatakan kegagalan program ini sudah terlihat sejak awal, karena kurangnya penilaian dampak yang dilakukan sebelum memilih lokasi dan membuka hutan untuk tanaman yang tidak cocok dengan tanah,” tulisnya. (*)

Editor: Rafika