search

Berita

bisnis batubarabatubaraluhut binsar panjaitanpresiden jokowig20

Ajal Bisnis Batubara? Amerika Serikat Disebut Bakal Berikan Bantuan USD 20 Miliar untuk Stop Bisnis Emas Hitam

Penulis: Redaksi Presisi
Rabu, 16 November 2022 | 1.062 views
Ajal Bisnis Batubara? Amerika Serikat Disebut Bakal Berikan Bantuan USD 20 Miliar untuk Stop Bisnis Emas Hitam
Ilustrasi bisnis pertambangan batubara (sumber: istimewa)

Presisi.co – Presiden Jokowi dikabarkan bersepakat dengan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, untuk mempensiunkan industri batubara. Sebagai gantinya, Indonesia bakal mendapatkan pendanaan sebesar USD 20 miliar jika berhasil menerapkan kebijakan tersebut. 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan bahwa Indonesia secara historis memiliki pola pikir dan pandangan yang sama dengan negara-negara lain soal energi bersih. Salah satunya adalah dengan bergabung kemitraan Joint Energy Transition Partnership.

Kemitraan tersebut menargetkan agar Indonesia, melalui upaya kolaboratif, dapat mereduksi emisi karbon di sektor bisnis energi.

"Kemitraan ini mendukung target iklim Indonesia yang ambisius melalui upaya kolaboratif dan juga investasi terkait oleh para mitra internasional kami, termasuk memobilisasi USD20 miliar pembiayaan publik dan swasta dalam 3-5 tahun ke depan," beber Luhut dalam konferensi pers di Nusa Dua, Selasa, 15 November 2022, dikutip dari IDX.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga diminta untuk menggeser proyek puncak emisi, mempercepat pengembangan energi terbarukan, dan meningkatkan efisiensi energi melalui kemitraan nasional. Melalui upaya transfer pengetahuan dan perkembangan teknologi berkelanjutan.

Luhut kemudian menjelaskan bahwa transisi energi yang adil kelak bakal mendorong penciptaan lapangan pekerjaan hijau. Pekerjaan ini kelak berdampak positif bagi komunitas dan kelompok masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.

"Kita harus berpikir bagaimana transisi energi berimbas kepada komunitas rentan, dan bekerja bersama menuju keuangan transisi yang efektif, untuk mendukung sebuah transisi yang terjangkau menuju masa depan net zero carbon," pungkas mantan Danjen Kopassus tersebut. (*)

Editor: Bella