search

Internasional

myanmarbom myanmarledakan bom di penjara myanmarpenjara myanmar

Bom Meledak di Penjara Politik Myanmar Tewaskan 8 Orang

Penulis: Redaksi Presisi
Kamis, 20 Oktober 2022 | 777 views
Bom Meledak di Penjara Politik Myanmar Tewaskan 8 Orang
Foto Gerbang Penjara Insein, Yangon, Myanmar (Sumber: Istimewa)

Presisi.co – Sebuah bom dilaporkan meledak dekan pintu gerbang penjara di Myanmar, Rabu, 19 Oktober 2022. Delapan orang tewas dalam insiden tersebut, mulai dari pengunjung hingga petugas. Penjara tersebut ternyata digunakan untuk mengurung tahanan politik.

Runtun perkara peristiwa itu dimulai ketika lima orang mengantar parsel ke dalam Penjara Insein di Yangon, kota terbesar di Myanmar. Bingkisan itu ternyata membawa dua bahan peledak. Bom pun meledak pukul 09.40 waktu setempat.

Menurut media Myanmar, tiga staf penjara tewas ditempat. Kantor informasi militer junga mengonfirmasi bahwa lima pengunjung, termasuk seorang anak perempuan berusia 10 tahun, tewas dalam peristiwa itu.  Sebuah bom juga ditemukan dalam bingkisan lain. Meskipun tidak meledak.

Sementara dari sejumlah foto yang dilansir AFP sebagaimana dilihat Suara.com, jejaring Presisi.co, memperlihatkan dampak dari bom tersebut. Mayat sejumlah korban terlihat bergelimpangan. Beberapa warga setempat tergesa-gesa menolong.  Darah berceceran di sekitar lokasi kejadian.

Usut punya usut, Penjara Insein berfungsi sebagai jeruji besi bagai tahanan politik Junta Milinter Myanmar. Penjara itu sudah difungsikan selama puluhan tahun. Meskipun demikian, masih ada kemanusiaan di penjara tersebut. Keluarga tahanan diperbolehkan membawa parsel dan membawa barang-barang seperti makanan, pakaian serta obat-obatan.

Myanmar memang berada dalam kekacauan sejak unsur militer merebut kekuasaan dari pemerintah sipil yang dikomandoi Aung San Suu Kyi, 2021 lalu. Berbagai protes damai digelar, namun selalu gagal dilibas pasukan keamanan.

Penindasan menyebabkan perlawanan bersenjata yang meluas. Perserikatan Bangsa-Bangsa bahkan mencirikan perisitiwa itu sebagai perang saudara. Bentrokan senjata terjadi nyaris setiap hari. Gerilyawan menarget orang-orang yang memiliki keterkaitan dengan militer dan menyasar bangunan-bangunan militer.

Menurut kelompok pengawas HAM, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, setidaknya 2.367 warga sipil tewas akibat kudeta militer tersebut.  Meskipun demikian hingga saat ini, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas peristiwa pengeboman tersebut.

Semua kelompok perlawanan yang terlibat dalam perjuangan melawan pemerintah militer -- seperti Pasukan Revolusi Yangon, Gerilyawan Perkotaan Yangon, dan Komite Pemogokan Umum -- merilis pernyataan yang mengutuk serangan tersebut karena melukai warga sipil. Konflik tersebut sepertinya masih jauh dari kata akhir. (*)

Editor: Bella

Join Grup Telegram Presisi.co untuk mendapatkan update berita pilihan setiap hari. Klik link https://t.me/presisidotco untuk bergabung sekarang.