search

Berita

Gagal Ginjal Akutkasus ginjal misteriuskementrian kesehatan Ikatan Dokter Anak Indonesia

Kasus Penyakit Ginjal Akut Merajarela, Ikatan Dokter Anak Indonesia Himbau Masyarakat Waspada

Penulis: Redaksi Presisi
Rabu, 19 Oktober 2022 | 1.130 views
Kasus Penyakit Ginjal Akut Merajarela, Ikatan Dokter Anak Indonesia Himbau Masyarakat Waspada
Ilustrasi dokter anak (Sumber: Istimewa)

Presisi.co – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyerukan sejumlah hal menyikapi temuan ratusan penyakit gangguan ginjal akut progresif atipikal (GgGAPA) yang melanda ratusan anak Indonesia. Tenaga kesehatan diminta menghentikan sementara peresapan obat sirup yang mengandung dua zat. Orangtua dihimbau waspada dan tidak membeli obat secara bebas untuk sementara waktu.

Himbauan tersebut disampaikan oleh IDAI melalui akun Instagram mereka, @idai_ig dalam rangka menyikapi dua situasi. Pertama, hasil investigasi Kementrian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait kasus GgGAPA. Kedua, peningkatan kasus GgGAPA yang masif dan cepat.

Per-18 Oktober kemarin, Kemenkes mencatat setidaknya ada 206 kasus ginjal misterius di 20 provinsi di Indonesia. Dari sejumlah kasus tersebut, 99 diantaranya, yang merupakan mayoritas anak berusia kurang dari 6 tahun, meninggal dunia.Menurut data Kementrian Kesehatan.

Pesan pertama ditujukan oleh IDAI kepada dokter dan seluruh tenaga kesehatan. Mereka meminta agar nakes menghentikan sementara pemberian resep obat sirup yang terkontaminasi cairan etilen glikol (EG) atau dietilen gliol (DG).

Meskipun demikian, IDAI juga menyadari ada sejumlah penyakit yang perlu obat sirup khusus seperti obat anti elipsi. Bila memang diperlukan, IDAI menjelaskan perimbangan mengenai hal tersebut dapat mengonsultasikan hal tersebut dengan dokter spesialis anak atau konsultan anak.

“Jika diperlukan, nakes (juga) dapat meresepkan obat pengganti yang tidak terdapat dalam daftar dugaan obat terkotaminasi. Atau, dengan jenis sediaan lain seperti suppositoria, maupun menggganti dengan obat puyer berbentuk monoterapi,” tulis IDAI.

Meskipun demikian, IDAI mengatakan peresepan obat puyer monoterapi hanya boleh dilakukan oleh dokter dengan memperhatikan dosis yang berdasar pada tiga hal. Yakni berat badan anak, kebersihan pembuatan obat, dan tata cara pemberian kepada pasien.

Selain hal tersebut, nakes turut dihimbau untuk mengetatkan pantauan terhadap gejala awal GgGAPA. Kepada pasien rawat inap maupun rawat jalan. IDAI juga meminta agar rumah sakit meningkatkan deteksi dini dan secara kolaboratif mempersiapkan penanganan kasus GGAPA.

Pesan Kepada Orangtua

Kepada masyarakat umum, IDAI pun memberi tiga himbauan. Pertama, agar sementara waktu tidak membeli obat bebas tanpa rekomendasi nakes, hingga Kemenkes dan BPOM telah mengeluarkan hasil investigasi mereka.

Himbauan kedua, adalah agar tetap tenang dan waspada. Akan tetapi, orangtua juga diminta memonitor kondisi gejala GgGAPA di buah hati mereka. Beberapa diantaranya seperti jarang bahkan tidak buang air kecil.

Adapun pesan terakhir, adalah mengurangi aktivitas anak-anak, khususnya balita, di tempat umum. IDAI juga menyarankan agar anak-anak selalu mengenakan masker untuk mencegah hal-hal tidak diinginkan.

IDAI pun membuka hotline bagi orangtua dan nakes yang memiliki pernyataan atau laporan mengenai penyakit ginjal akut, yakni +62-888-1999-666. Nomor tersebut terbuka mulai pukul 09.00 hingga 13.00 WIB. Dan bakal berbalas paling lama 3 x 24 jam. (*)

Editor: Bella

Join Grup Telegram Presisi.co untuk mendapatkan update berita pilihan setiap hari. Klik link https://t.me/presisidotco untuk bergabung sekarang.