Kisah Inspiratif Penjual Ikan Asin di Samarinda, Buta Sejak Lahir dan Ditinggal Pergi Suami
Penulis: Yusuf
Selasa, 19 Mei 2020 | 1.620 views
Samarinda, Presisi.co – Sempat mengadu nasib dijalan sebagai seorang pengemis, Mauidah (37) warga Sungai Keledang, Gang Reel 3, Kecamatan Samarinda Seberang memutuskan untuk berjualan ikan asin, meski hasil yang didapatkan tak seberapa.
Bermodalkan kotak kardus bekas, Mauidah bersama si bungsu Maulidah (5) sudah menggelar lapak ikan asinya, sejak pukul 08.00 Wita. Lokasinya pun tak tentu. Dari pantauan Presisi, Maulidah sering ditemui di kawasan Jalan KS Tubun, Kesuma Bangsa, Karang Paci dan Siradj Salman.
Anak kelima dari delapan bersaudara itu, mengalami kebutaan sejak lahir. Meski telah dianugrahi tiga orang anak, namun Mauidah harus bertarung seorang diri setelah ditinggal pergi suaminya.
“Selagi bisa dikerjakan saya kerjakan. Ikan asin ini, saya ambil dari tetangga lalu saya jual ke orang-orang untuk mencukupi kehidupan saya dan anak,” ucapnya, saat ditemui di Jalan KS Tubun, beberapa waktu lalu.
Sedikit bercerita tentang pengalaman hidup sebagai seorang pengemis. Tak banyak pundi-pundi yang bisa ia kumpulkan.
“Malu jika harus mengemis. Ia merasa berterimakasih dengan keadaan dirinya sekarang ini, masih bisa bekerja mencari rezeki,” tambahnya.
Sejak memutuskan untuk berjualan ikan asin selama dua tahun terakhir ini, ia mengaku tak banyak keuntungan yang didapatkan. Namun demikian, ia tetap bersyukur. Dari satu bungkus ikan asin berisi 5 hingga 6 ekor ikan asin dagangannya, hanya Rp 2 ribu keuntungan yang ia dapatkan.
“Dalam sehari, paling banyak 5 bungkus yang terjual. Sementara, setiap kali mengambil ikan asin ada 20 bungkus,” ungkapnya.
Si bungsu Maulidah yang selalu setia, tak hanya bertugas menuntun ibunya. Saat ada pelanggan, dengan lihai Maulidah menyebut harga ikan asin yang mereka jual, sesuai ukuran dan jenisnya.
“Dari harga Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu tergantung jenis-jenis ikannya. Terkadang ada orang yang beli, pas sudah diangsulin orangnya sudah pergi. Ada juga angsulannya buat saya, padahal anak saya sudah cepat-cepat buat ngangsulin.” Pungkasnya.
Mauidah mengaku, akan terus bekerja keras meski kondisi fisiknya tak sama seperti orang lainnya. Meski hanya berjualan ikan asin, namun ia menolak menyerah dengan keadaan hidup yang harus ditanggunnya.
“Daripada saya mengandalkan orang lain saya tidak bisa makan. Tapi dengan seperti ini, berjualan ikan asin walaupun sedikit setidaknya saya ada penghasilan,” yakinnya.