search

Berita

OrangutanNyaru MentenCovid-19Corona

Saat Corona Mengancam Habitat Orangutan, SOP Diperketat, Operasional Meningkat

Penulis: Yusuf
Sabtu, 04 April 2020 | 750 views
Saat Corona Mengancam Habitat Orangutan, SOP Diperketat, Operasional Meningkat
Babysitter saat memberi susu kepada orangutan. Sumber Foto (BOSF/Indrayana)

Nasional, Presisi.co – Penyebaran Coronavirus Disaese 2019 (Covid-19) ternyata tak hanya berbahaya bagi manusia saja, pandemi global ini diketahui turut mengancam nyawa orangutan yang memiliki kesamaan DNA manusia sebesar 97 persen.

CEO Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) Jamartin Sihite dalam keterangan pers yang digelar secara virtual bersama para pewarta pada Jumat (3/4/2020) malam tadi menyebut, saat ini pihaknya harus menutup sementara waktu pusat rehabilitasi orangutannya bagi masyarakat umum, mengingat pandemi ini ikut mengancam orangutan yang mereka bina sehari-hari.

“Sementara kami bekerja keras di bawah SOP baru, para orangutan di pusat rehabilitasi tetap menjalani hari-harinya seperti biasa, mengikuti tahapan rehabilitasi di Sekolah Hutan,” sebutnya, Jumat (3/4/2020)

Adapun jumlah orangutan yang ada di masing-masing pusat rehabilitasi dikatakannya masing-masing berjumlah 130 orangutan di Samboja, Kutai Kartanegara (Kukar) dan lebih dari 300 orangutan di Nyaru Menteng.

“Untuk total karyawan, lebih dari 400 orang,” katanya.

Ia menyebutkan, tidak sepenuhnya aktifitas rehabilitasi orangutan dapat dipisahkan dari kontak manusia. Untuk itu, Jamartin memastikan pihaknya turut fokus terhadap kesehatan tim medis, babysitter dan teknisi yang bertugas.

Sedangkan, untuk prosedur, masing-masing karyawan diwajibkan untuk diperiksa terlebih dahulu suhu tubuhnya sebanyak dua kali sehari dan akan diberikan cuti saat merasa demam atau tidak sehat.

“Semua karyawan diwajibkan mencuci tangan sesering mungkin, dan menggunakan masker serta sarung tangan. Sekali pakai dibakar setelah hari kerja usai,” lanjutnya.

Tantangan lain  dibalik rehabilitasi ini tak lain adalah meningkatnya biaya operasional berupa pembelian sarung tangan, masker dan sabun.

“Sarung tangan yang biasa kami gunakan sehari-hari kini harganya meningkat 167 persen, dan ketika kami membeli masker bedah untuk para dokter hewan, kami membayar dengan harga yang naik 762 persen,” ungkapnya.

Walau demikian, pihaknya dipastikan Jumartin tidak mengurangi jatah pakan orangutan, baik yang berada di pusat rehabilitasi maupun di pulau pra pelepasliaran, dua kali sehari, saat pagi dan sore.

“Pembersihan kandang juga tetap sama, pagi dan sore hari. Sedangkan untuk penyemprotan disinifektan dilakukan tiga kali seminggu agar pusat rehabilitasi tetap bersih dan sehat,” jelasnya lagi.

Sementara dunia bergulat dengan pandemi COVID-19, ia berharap orang-orang tidak melupakan penderitaan orangutan, dan kampanye pelestarian orangutan terus berlanjut.

“Berilah dukungan melalui dunia maya dari rumahmu yang aman. Mari kita mengatasi pandemi global ini bersama-sama, baik melalui kitabisa.com dan donasi lainnya,” imbaunya.