search

Internasional

aviasiamerika serikatsekolah pilotboeingkapten vincent

Data Boeing, Dalam 20 Tahun Industri Penerbangan Butuh 790 Ribu Pilot, Ini Syaratnya

Penulis: Presisi 1
Minggu, 17 November 2019 | 1.865 views
Data Boeing, Dalam 20 Tahun Industri Penerbangan Butuh 790 Ribu Pilot, Ini Syaratnya
Ilustrasi

Presisi - Dalam waktu 20 tahun mendatang, industri penerbangan di seluruh dunia akan membutuhkan 790 ribu pilot baru. Menurut studi sebuah perusahaan pembuat pesawat terang, Boeing, di tahun 2018, di Amerika Utara saja, yaitu di Amerika Serikat dan Kanada, dibutuhkan 206 ribu pilot baru.

Selain penerbang atau pilot pesawat komersial, industri penerbangan juga membutuhkan 750 ribu orang teknisi dan hampir 900 ribu awak kabin pesawat, kata Boeing.

Untuk menarik siswa-siswa baru guna mengisi lowongan dalam bidang penerbangan itu, banyak perusahaan penerbangan mengadakan kerjasama dengan perguruan tinggi yang memberikan pendidikan pilot.

Menurut Ketua Jurusan Penerbangan yang sekaligus profesor pada Universitas North Dakota, Jim Higgins, banyak perusahaan penerbangan menawarkan beasiswa bagi para peminat sebagai dorongan supaya mereka lebih antusias menekuni bidang itu. Hasilnya sangat bagus, karena banyak siswa yang memanfaatkan tawaran seperti itu.

Federal Aviation Administration (FAA) mensyaratkan seorang pilot harus punya 1.500 jam terbang supaya bisa mendapat sertifikat untuk menerbangkan pesawat komersial. Tapi seorang lulusan lembaga pendidikan yang diakui oleh FAA hanya membutuhkan seribu jam terbang jika pilot tersebut juga memiliki gelar bachelor atau sarjana muda dalam bidang aviasi.

Sementara Profesor dan Ketua Bidang Sains Aeronautika di Embry-Riddle Aeronautical University, Mike Wiggins, calon penerbang yang berminat meniti karir dalam bidang itu sebaiknya mulai belajar terbang pada tingkat sekolah menengah.

Ia mengatakan, pelajar sekolah menengah bisa mendapat izin terbang atau private pilot’s license pada usia 17 tahun setelah terbang sedikitnya 40 jam, termasuk 10 jam terbang solo, atau terbang sendiri tanpa didampingi pelatih.

Kata Wiggins, latihan penerbang ini akan mempercepat latihan terbang pada tingkat perguruan tinggi dan sekaligus akan memastikan pesertanya bahwa itulah bidang yang mereka minati, sebelum menghabiskan lebih banyak uang untuk latihan pilot lanjutan.

Penerbang yang punya private pilot’s license dan tamat perguruan tinggi bisa menambah jam terbangnya dengan menjadi flight instructoratau instruktur penerbang. Dalam waktu satu tahun lebih sedikit, pilot seperti itu bisa mencatat 1.000 jam terbang, dan dari sana bisa dengan mudah bekerja pada perusahaan penerbangan regional, untuk menambah pengalaman.

Ditambahkan Wiggins, selain jabatan pilot yang tampak lebih keren dan bergengsi, bidang penerbangan juga sangat membutuhkan teknisi yang akan memastikan bahwa tiap pesawat berada dalam keadaan prima sebelum tinggal landas.

Para teknisi itu bekerja seolah di belakang layar dan tidak banyak orang awam yang melihat ataupun kenal dengan mereka. Tapi jangan salah, pekerjaan sebagai teknisi atau mekanik pesawat terbang adalah pekerjaan yang bergaji tinggi, tambah Wiggins.

Untuk mendapat surat izin terbang ada tiga pilihan: private pilot’s license, atau PPL, izin menerbangkan pesawat rekreasi, dan izin untuk menerbangkan pesawat dalam kategori olah raga.

Pilot yang memiliki PPL dapat menerbangkan pesawat bermotor tunggal tanpa pembatasan jarak, dan boleh membawa penumpang. Izin terbang untuk pilot rekreasi hanya bisa digunakan untuk terbang dalam jarak 80 km dari lapangan terbang tempatnya berangkat, dan hanya boleh membawa seorang penumpang. Sedangkan izin terbang untuk tujuan sport bisa diperoleh untuk menerbangkan pesawat terbang ringan, pada siang hari dan dalam keadaan cuaca baik.

Menurut Aircraft Owners and Pilots Association, ongkos belajar terbang untuk mendapatkan PP mencapai sekitar 10 ribu dollar. Sedangkan untuk izin terbang rekreasi sekitar 7.700 dollar dan untuk menerbangkan pesawat kategori sport kira-kira 4.000 dollar