search

DPRD Kaltim

henry pailandrainase buntusangattakutai timurgerindradprd kaltim

Reses di Sangatta, Henry Pailan Sebut Banyak Drainase Buntu Sebabkan Banjir

Penulis: Presisi 1
Jumat, 15 November 2019 | 843 views
Reses di Sangatta, Henry Pailan Sebut Banyak Drainase Buntu Sebabkan Banjir
Anggota DPRD Kaltim Henry Pailan Tandi Payung ketika melakukan serap aspirasi masyarakat atau reses di Desa Sangata Selatan, Kecamatan Sangata Selatan, Kabupaten Kutai Timur, belum lama ini.

Presisi - Persoalan infrastruktur seperti pembangunan dan perbaikan drainase hingga drainase serta air bersih masih menjadi persoalan di Desa Sangata Selatan, Kecamatan Sangata Selatan, Kabupaten Kutai Timur.

Hal tersebut disampaikan warga ketika Anggota DPRD Kaltim Henry Pailan Tandi Payung melakukan serap aspirasi masyarakat atau reses di Desa Sangata Selatan, belum lama ini.

Ia mengatakan, banyak drainase yang sudah sejak lama mengalami kerusakan dan bahkan ada yang tidak memiliki aliran air. Kondisi itu membuat saluran air terhambat dan tak tersalur ke sungai.

“Drainase buntu akibat timbunan sampah dan pendangkalan hampir merata disepanjang aliran sungai sehingga ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi membuat air meluap hingga badan jalan menjadi menjadi banjir,” tambanya.

Demikian pula dengan penerangan, kendati sudah sejak lama dikeluhkan dan disampaikan warga akan tetapi belum juga mendapatkan tindahlanjut dari pemerintah. Seperti belum meratanya listrik di areal pemukiman dan lampu jalanan.

“Pemeliharaan lampu penerangan jalan umum yang menggunakan solar cell atau tenaga matahari kondisinya selain rusak akibat dicuri, sebagian lampu juga cepat sekali rusak. Sehingga perlu dilakukan evaluasi,” tuturnya.

Selain itu, persoalan pendidikan yang sempat menjadi keluhan yakni adanya jual beli buku di sekolah dan dikenakannya biaya kepada siswa/siswi yang mengikuti ujian. Parahnya, mayoritas warga hanya mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan sehingga dinilai sangat membebani orang tua.

Beasiswa Kaltim Tuntas yang diperuntukkan untuk ribuan siswa dan mahasiswa masih belum tersosialisasi hingga pedesaan yang dikenal minim sarana dan prasarana media teknologi dan informatika.

“Kapan mulai dibukanya pendaftaran, terus syaratnya apa saja, dan kuotanya berapa banyak kan belum tau. Bagi mereka yang seharian menghabiskan waktu di ladang dan di kebun tentu sudah pasti cukup kesulitan, kecuali ada sosialisasi dari dinas terkait,” imbuhnya.

Tak hanya itu, persoalan lain yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah adalah sulitnya mendapatkan air bersih. Melihat kontur tanah dan letak geografis warga cukup kesulitan menggali sumur untuk mendapatkan sumber mata air bersih yang layak pakai.

Untuk itu melalui kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pemerintah berupa peralatan pengukur keasaman air dan tanah serta pendeteksi sumber mata air yang dimiliki pemerintah maka membuat sumur bor bukanlah permasalahan yang sulit