Eko Suprihatno, Pimpinan Redaksi Presisi.co. (Dok)
Presisi.co - Senin, 14 Juli 2025, bisa dikatakan menjadi awal hari yang menggembirakan bagi banyak anak bangsa. Bagaimana tidak? Karena itulah hari pertama dimulainya tahun ajaran baru bagi para siswa sekolah dasar hingga menengah atas.
Mungkin bagi kebanyakan siswa hari pertama itu bukanlah sesuatu yang mengejutkan, karena sudah menjadi keniscayaan setiap tahun. Mereka akan menempati ruangan lain karena sudah naik kelas. Selain itu akan menghadapi mata pelajaran baru dan juga tingkat kesulitan yang makin bertambah.
Namun Senin (14 Juli 2025) menjadi hari yang boleh dibilang bersejarah bagi sejumlah siswa yang ditabalkan sebagai warga Sekolah Rakyat. Sejatinya sekolah ini sama seperti sekolah-sekolah yang ada di Republik Indonesia dalam hal kurikulum.
Adapun yang membedakannya ialah berbentuk boarding school (berasrama), gratis, dan siswa harus dari kalangan warga miskin. Dari segi fasilitas pun tergolong menggiurkan karena guru yang qualified dan sarana belajar modern.
Sekolah rakyat merupakan gagasan Presiden Prabowo sebagaimana dilansir dari Kemensos.go.id untuk memuliakan keluarga miskin dan memfasilitasi kebangkitan wong cilik. Dengan kata lain, kemiskinan tak boleh menghalangi anak bangsa untuk mengecap pendidikan berkualitas sebagaimana teman-teman mereka.
Presiden Prabowo menyampaikan bahwa 53 hingga 55 sekolah berasrama pertama ditargetkan mulai beroperasi pada Juli 2025. Bahkan sebagaimana disitat dari presidenri.go.id Prabowo berjanji setiap tahun akan membangun minimal 100 sekolah berasrama untuk keluarga yang paling tidak mampu. "Saya bertekad untuk memutus rantai kemiskinan. Kalau bapaknya pemulung, anaknya tidak boleh jadi pemulung,” tegasnya saat acara Halal Bihalal Bersama Purnawirawan TNI AD dan Keluarga Besar TNI-Polri di Balai Kartini, Jakarta, Selasa, 6 Mei 2025.
Sungguh mulia tekad itu karena bukan cuma makan bergizi gratis saja yang menjadi program unggulan, melainkan juga sektor pendidikan. Kalau saja uang dugaan tindak pidana korupsi dalam tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina (Persero) 2018-2023, yang menurut Kejaksaan Agung mencapai Rp285 triliun, bisa disetorkan ke kas negara, tentu presiden tak perlu menunggu setiap tahun membangun 100 sekolah rakyat. Bahkan mungkin setiap minggu bisa dibangun sekolah rakyat ini. Pasalnya, total anggaran untuk 100 sekolah rakyat di tahun ajaran 2025-2026 mencapai Rp2,3 triliun.
Kita berhak marah ketika melihat kenyataan terjadi korupsi ratusan triliun itu hanya di satu sektor saja. Bagaimana kalau angka korupsi di sektor infrastruktur, pendidikan, dan lain-lain digabungkan? Bisa dibayangkan betapa makmurnya negeri ini bila perbuatan anyir itu tidak dilakukan. Angka 20 persen dari APBN untuk sektor pendidikan pasti bisa diwujudkan karena sudah menjadi amanat pasal 31 (4) UUD 1945.
Pendidikan merupakan hal yang tak boleh diabaikan siapapun di negeri ini. Semua rakyat Indonesia berhak mendapatkannya. Tekad Presiden Prabowo memang harus didukung karena dengan pendidikan menjadi kunci membuka dunia.
Hanya saja tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi Indonesia tidak bisa disamakan dengan banyak negara yang sudah maju bidang pendidikannya. Simak saja bagaimana Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti seperti dikutip melalui Tempo mengatakan kondisi literasi di Indonesia saat ini memprihatinkan. Sebanyak 75 persen anak usia 15 tahun memiliki kemampuan membaca tetapi tak memahami apa yang mereka baca. Ada 82 persen anak usia 15 tahun di Indonesia memiliki kemampuan matematika di bawah standar.
Lebih memprihatikan lagi, menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Angka itu berarti dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang rajin membaca.
Kesenjangan pendidikan pun tak bisa dianggap remeh. Terlebih sudah menjadi rahasia umum bahwa ganti menteri bisa berarti ganti aturan/kurikulum. Kalau sudah begini, bisa berharap apa kita pada pendidikan anak-anak bangsa?
Kita berharap sekolah rakyat bisa menjadi candradimuka bagi anak-anak bangsa. Kita juga berharap sekolah rakyat kelak bisa melahirkan kader-kader bangsa jempolan seperti halnya Taruna Nusantara di Magelang, Jawa Tengah.
Penulis:
Eko Suprihatno Pimpinan Redaksi Presisi.co
Catatan Redaksi
Tulisan ini merupakan tajuk rencana resmi Redaksi Presisi.co yang disampaikan oleh Pimpinan Redaksi. Tajuk ini merepresentasikan sikap dan pandangan redaksional terhadap topik Sekolah Rakyat.