search

Berita

ijazah jokowiSkripsi JokowiRismon Sianipar

Belum Kapok Ragukan Ijazah Jokowi, Rismon Sianipar Sebut Font Times New Roman Belum Ada Tahun 1985

Penulis: Rafika
Kamis, 29 Mei 2025 | 344 views
Belum Kapok Ragukan Ijazah Jokowi, Rismon Sianipar Sebut Font Times New Roman Belum Ada Tahun 1985
Skripsi Jokowi. (Ist)

Presisi.co - Pakar forensik digital Rismon Hasiholan Sianipar masih meragukan keaslian ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo. Beberapa waktu lalu, Bareskrim Polri telah menyatakan ijazah tersebut asli. 

Rismon, yang sebelumnya dilaporkan ke polisi karena mempertanyakan keaslian ijazah Jokowi, mengungkap sejumlah kejanggalan dalam proses verifikasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Salah satunya terkait dengan lembar pengesahan ijazah Jokowi yang dinyatakan asli oleh Bareskrim Polri.

Dalam siniar yang diunggah oleh kanal YouTube Indonesia Lawyers Club, Rismon menyebut teknologi pengetikan yang terdapat pada lembar pengesahan skripsi Jokowi tidak sesuai dengan periode saat itu, yakni tahun 1985.

“Bahwa lembar pengesahan skripsi Pak Joko Widodo yang ada di Perpustakaan UGM itu memiliki teknologi yang tidak sesuai dengan zamannya,” kata Rismon dikutip pada Kamis, 29 Mei 2025.

Ia menjelaskan, pada 1985 hampir seluruh mahasiswa masih menggunakan mesin ketik manual. Hasil ketikan manual tentu berbeda jauh dari produk yang dihasilkan perangkat lunak modern.

“Karena tahun 1985 ya hampir semua mahasiswa menggunakan mesin ketik manual. Pattern atau pola dari hasil ketikan manual itu tentu sangat jauh dengan produk dari software atau hardware secara digital,” imbuhnya.

Rismon menduga lembar pengesahan tersebut diketik menggunakan font Times New Roman. Padahal, menurutnya, font tersebut baru tersedia setelah dibeli dan dikembangkan oleh Microsoft dan Adobe pada 1992.

Lebih lanjut, Rismon menyebut kerapatan huruf dan penataan letak yang tampak pada skripsi Jokowi hanya mungkin dibuat menggunakan software seperti Microsoft Word, yang baru dikenal pada era Windows XP, sekitar 2004 hingga 2005.

“Windows Experience itu 2004-2005, dengan kerapatan seperti ini,” jelasnya.

Ia juga menilai metode verifikasi yang digunakan oleh Bareskrim tidak memenuhi standar ilmiah.

Menurut Rismon, analisis yang hanya mengandalkan perabaan terhadap cekungan pada dokumen, lalu menyimpulkannya sebagai hasil cetakan manual seperti handpress atau letterpress, sangat tidak memadai secara metodologis.

“Bagaimana menjawab titik-titik ini kalau handpress itu menjadi garis, karena bahannya tinta cair, begitu ditekan beleber semua, jadi titik-titik itu menjadi garis," ujarnya.

Rismon menyebut pendekatan seperti itu terlalu subjektif dan tidak didukung bukti teknis yang kuat.

"Nah, subjektivitas dari perasaan cekungan bahwa itu adalah produk handpress sendiri, itu dengan gampang disanggah. Karena secara digital, cekungan itu juga bisa dihasilkan bukan karena tekanan, tetapi karena produk dari digital, namanya digital embossing,” imbuhnya.

Sebelumnya, penyelidikan laporan dugaan ijazah palsu Presiden ke-7 RI Joko Widodo resmi dihentikan oleh Bareskrim Polri. Kesimpulan ini diambil setelah penyidik tidak menemukan unsur tindak pidana dalam laporan yang dilayangkan oleh Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA).

"Kewajiban penyelidik melakukan penyelidikan, namun dari pengaduan ini dapat disimpulkan tidak ada perbuatan pidana, perkara ini dihentikan penyidikannya," kata Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Polri Brigjen Djuhandhani Rahardjo Puro di Bareskrim Polri, Kamis, 22 Mei 2025.

Ia menambahkan, tim penyidik telah memverifikasi ijazah Jokowi, mulai dari tingkat SMA hingga gelar sarjana dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Hasil pemeriksaan menunjukkan seluruh dokumen pendidikan milik eks Gubernur DKI Jakarta itu asli. (*)

Editor: Redaksi