search

Daerah

Samarinda dalam WarnaImlek 2025Imlek 2576 KongziliJejak Tionghoa Kota SamarindaChinese New Year

Talkshow Samarinda dalam Warna: Menyingkap Budaya Tionghoa dan Jejaknya di Kota Tepian

Penulis: Giovanni Gilbert Anras
1 hari yang lalu | 169 views
Talkshow Samarinda dalam Warna: Menyingkap Budaya Tionghoa dan Jejaknya di Kota Tepian
Talkshow Samarinda dalam Warna: Menggali Budaya Tionghoa dan Pengaruhnya di Samarinda. (Presisi.co/Gio)

Samarinda, Presisi.co - Samarinda Central Plaza menggelar acara yang bertajuk "Samarinda dalam Warna: Menggali Budaya Tionghoa dan Pengaruhnya" di Samarinda pada Sabtu, 25 Januari 2025.

Talkshow ini menghadirkan Ketua Umum Yayasan Dharma Bhakti Samarinda, Lo Dharmadi Suryawan yang mengupas sejarah dan pengaruh budaya Tionghoa di Samarinda, mulai dari masa kedatangan para perantau hingga kekayaan tradisi Imlek.

"Sejak dulu, Indonesia dikenal kaya hasil buminya. Hal ini menarik para saudagar Tionghoa untuk berdagang dan barter dengan hasil bumi lokal. Dari beberapa perantau yang berhasil, mereka kemudian mengajak teman dan keluarga untuk membangun hidup di Samarinda," ungkap Dharmadi.

Kehadiran komunitas Tionghoa di Samarinda terus berkembang sejak abad ke-19, hingga menjadi bagian penting dalam sejarah kota. Salah satu jejak bersejarahnya adalah Kelenteng yang didirikan pada tahun 1905.

"Kelenteng ini tidak hanya menjadi tempat ibadah bagi etnis Tionghoa, tapi juga cagar budaya yang masih mempertahankan konstruksi aslinya menggunakan sistem rasuk," jelasnya.

Pada tahun 1906, didirikan sekolah Tionghoa pertama di Samarinda bernama Taqwa. Sekolah ini mengajarkan bahasa Indonesia, Mandarin, dan Inggris, mencerminkan semangat multikultural. Namun, situasi politik pada 1966 membuat sekolah tersebut tutup. Dharmadi menyatakan, salah satu nilai penting etnis Tionghoa adalah keharmonisan keluarga sebagai pondasi keberhasilan.

"Etnis Tionghoa sangat mementingkan kepercayaan, baik dalam keluarga maupun perdagangan. Kepercayaan adalah hal utama yang selalu dijaga," ujarnya.

Menyambut Tahun Baru Imlek, Dharmadi menjelaskan makna dari setiap tradisi dan pernak-pernik yang dilakukan. Seperti kue keranjang yang melambangkan harapan untuk terus berjaya setiap tahun dan lampion adalah simbol kehangatan dan kesuksesan.

"Tradisi barongsai saat Cap Go Meh juga dipercaya membersihkan energi negatif dari rumah, membawa harapan agar usaha dan bisnis lancar," lanjutnya.

Keberadaan etnis Tionghoa di Samarinda juga unik dibandingkan kota lain. Karena, di Samarinda, etnis Tionghoa sangat akrab dengan etnis lain. Tidak jarang mereka fasih berbahasa Banjar atau Kutai.

"Keharmonisan ini menjadi ciri khas yang harus terus dijaga," ucapnya.

Melalui talkshow ini, warga Samarinda diajak untuk memahami dan menghargai keberagaman budaya yang telah menjadi bagian penting dalam perjalanan sejarah kota.

"Samarinda telah membuktikan bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan sekadar perbedaan," pungkasnya. (*)

Editor: Redaksi