SMK berbasis Geospasial, Ada Sekolah di PPU yang Didorong untuk Mendukung Ketahanan Pangan Hewani
Penulis: Giovanni Gilbert Anras
Sabtu, 30 November 2024 | 110 views
Samarinda, Presisi.co – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kalimantan Timur terus mengembangkan peran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk mendukung ketahanan pangan di wilayah tersebut.
Salah satunya, SMK di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) kini berperan aktif dalam penyediaan pangan hewani, sejalan dengan program menjadikan PPU sebagai lumbung pangan provinsi.
Kepala Bidang SMK Disdikbud Kaltim, Surasa menyebutkan, program ini merupakan bagian dari pengembangan SMK berbasis potensi wilayah.
"Salah satu fokus kami adalah pengembangan SMK berbasis potensi wilayah, termasuk sektor peternakan," ujar Surasa pada Jumat, 29 November 2024.
Sebagai bentuk konkret, SMK Negeri 3 Penajam Paser Utara telah berhasil membesarkan 4.000 ekor ayam pedaging, dengan 1.000 ekor telah dipanen hari ini. Surasa menambahkan, panen berikutnya akan dilakukan secara bertahap hingga seluruh ayam siap distribusi.
"Hari ini sudah dipanen 1.000 ekor ayam pedaging. Rencananya, dalam 10 hari ke depan kami akan panen lagi 3.000 ekor," jelasnya.
Selain menjadi sarana praktik siswa, program ini merupakan hasil kerja sama dengan perusahaan mitra yang menyediakan bibit. SMK bertindak sebagai pusat pembesaran ayam pedaging.
"Kami berharap program ini mampu memenuhi kebutuhan pangan hewani, tidak hanya di Kaltim tetapi juga untuk daerah lain," kata Surasa.
Surasa juga menyinggung pengembangan SMK berbasis geospasial, yang menjadi rencana strategis Disdikbud Kaltim untuk 20 tahun ke depan. Pengembangan ini berlandaskan potensi wilayah dan kolaborasi antar-SMK. Disdikbud Kaltim pun berencana mempublikasikan dokumen perencanaan tersebut dalam waktu dekat.
"Pengembangan SMK berbasis geospasial ini saya kira pertama di Indonesia," tegasnya.
Selain sektor peternakan, Disdikbud Kaltim juga mendorong SMK di daerah lain untuk menjadi pusat produksi barang dan jasa. Di Bontang, misalnya, SMK telah berhasil memproduksi pengganti MSG non-kimiawi, yang kini tinggal memasuki tahap industrialisasi.
"Kami juga tengah memproses lahirnya SMK berbasis produksi kopi di beberapa daerah. Kami berharap, SMK mampu menjadi motor penggerak wirausaha yang menghasilkan produk sesuai kebutuhan masyarakat," ujar Surasa. (*)