Pasar Dayak Samarinda Akan Direlokasi, Wadah Baru Hadirkan Kesan Etnik
Penulis: Jeri Rahmadani
Kamis, 05 Agustus 2021 | 1.273 views
Samarinda, Presisi.co – Pasar Dayak yang berada di Jalan PM Noor, Samarinda Utara akan dipindah ke tempat yang lebih baru dengan konsep berbeda. Tak hanya diisi lapak pedagang, bangunan baru untuk Pasar Dayak akan digabungkan dengan Pasar Subuh yang turut direlokasi.
Wali Kota Samarinda Andi Harun sudah membicarakan soal teknis relokasi kedua pasar tersebut. Mulai dari akses masuk dari jalan utama, kemudian rencana pengadaan lahan baik pasar maupun jalan tambahannya. Dibahas pula jumlah lapak, desain bangunan, tata ruangan, jumlah lapak etnik kerajinan yang turut menjadi pertimbangan dalam rapat Pemkot Samarinda, Kamis 5 Agustus 2021 tersebut. "Jadi nanti bukan pasar sayur saja. Ada lapak etnis juga," ungkap Andi Harun, Kamis 5 Agustus 2021.
Ia melanjutkan, tempat relokasi tak jauh dari lokasi semula Pasar Dayak. Yakni sekira 100 meter ke arah Jalan Sempaja. Berdasarkan keputusan rapat, bangunan baru pasar akan dibuat satu lantai saja. "Ada pembagian tata ruang antara pasar tradisional dan pasar seni. Kemudian penunjangnya harus di atas 50 persen minimal. Tadi kami lihat 57 persen sudah penunjangnya. Berupa parkir, saluran air, dan RTH," urai Andi Harun.
Saat ini, jumlah pedagang sedang dikonsolidasikan Pemkot Samarinda. Wadah relokasi pasar tersebut 6x60 meter persegi. "Ada pembebasan lahan sedikit. Untuk lokasi pasar sudah jelas. Ada penambahan lahan," ucapnya.
Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Samarinda, Cecep Herly menjelaskan, kebijakan Pemkot Samarinda merelokasi dua pasar tersebut adalah upaya merapikan kota.
Ia mengatakan, berdasarkan desain yang dipresentasikan, bangunan pasar baru tersebut dapat diisi 100 lapak pedagang. "Ada tiga segmen dalam wadah relokasi baru tersebut. Pertama segmen etnis, ada display dan workshop. Kami siapkan walau sederhana. Kemudian segmen kering seperti sembako, dan basah seperti dagangan daging," ujar Cecep.
Cecep menyatakan, dalam rangka arsitektural, bangunan menyangkut dengan teknologi. Sosiologi teknologi yang dilakukannya, sebagai media yang memposisikan masyarakat menjadi subjek. Sebagai pembelajaran bagaimana proses berbelanja yang baik. "Hasil dagangan pun kalau bisa dengan keluaran yang baik," ujarnya.
Makanya, lanjut Cecep, menilai yang modern itu tak mesti mahal. Ia akan menggunakan material yang murah, sebab lokasi di sana adalah catchment area. "Yang kalau dibangun pasti konsekuensinya mahal. Tapi kami diskusikan bagaimana ini bisa murah," terang Cecep.
"Untuk mengkondisikan pasar secara opini publik menjadi etnik, maka kami hadirkan kesan etnik, tetapi tidak harus mahal. Kami semaksimal mungkin mengefesiensikan wadah pasar," pungkasnya. (*) Editor: Rizki