Penulis: Redaksi Presisi
22 jam yang lalu | 449 views
Foto kolase Anggota DPR RI, Surya Utama atau Uya Kuya (kiri) dan Eko Patrio. Keduanya merupakan politisi PAN. (Sumber: Istimewa)
Presisi.co - Di tengah eskalasi politik yang kian memanas, dua politisi selebritas dari Fraksi PAN, Eko Patrio dan Uya Kuya, resmi mengundurkan diri dari kursi DPR RI pada Minggu, 31 Agustus 2025.
Keputusan itu diumumkan setelah gelombang protes publik dan kerusuhan sosial kian tak terbendung akibat kontroversi keduanya.
Rumah Eko Patrio, yang bernama asli Eko Hendro Purnomo, serta kediaman Uya Kuya atau Surya Utama, bahkan sempat menjadi sasaran amuk massa pada Sabtu malam hingga Minggu dini hari. Penyerbuan dan penjarahan yang terjadi memperlihatkan betapa dalam luka dan kemarahan publik terhadap para wakil rakyat yang dinilai tak peka.
Menurut informasi dari Dewan Pimpinan Pusat PAN, keputusan mundur ini diambil secara sadar oleh Eko dan Uya sebagai langkah proaktif untuk meredakan ketegangan dan memulihkan suasana. PAN menilai, mundurnya dua figur publik ini adalah jawaban atas tekanan masyarakat yang begitu besar dalam beberapa hari terakhir.
“Ini bagian dari upaya menciptakan kondisi lebih kondusif. Kedua kader menyadari situasi dan memilih menanggalkan jabatan demi kebaikan bersama,” ujar salah satu sumber internal PAN, sebagaimana yang diberitakan Suara.com, jaringan Presisi.co.
Sebelum pengunduran dirinya diumumkan, Eko Patrio lebih dulu menyampaikan permintaan maaf terbuka. Dalam sebuah video yang ia unggah di akun Instagram pribadinya, Sabtu (30/8/2025), Eko yang tampak didampingi rekannya di Fraksi PAN, Sigit Purnomo alias Pasha Ungu, menyampaikan penyesalan mendalam.
“Dengan penuh kerendahan hati, saya, Eko Patrio, menyampaikan permohonan maaf sedalam-dalamnya kepada masyarakat atas keresahan yang timbul akibat perbuatan yang saya lakukan,” ucapnya.
Meski tak menyebut secara detail perbuatan yang dimaksud, publik luas menilai permintaan maaf itu adalah tanggapan atas pernyataan-pernyataan Eko yang sempat memicu gejolak sosial.
Sementara itu, Uya Kuya menjadi sorotan setelah aksinya berjoget di dalam Gedung DPR terekam kamera dan viral di media sosial. Video itu muncul tak lama setelah diumumkannya kenaikan gaji dan tunjangan anggota dewan—sebuah kebijakan yang terasa ironis di tengah kondisi ekonomi rakyat yang serba sulit.
Bagi publik, aksi Uya bukan sekadar hiburan, melainkan simbol arogansi dan ketidakpekaan. Gelombang kritik pun menyeretnya ke pusaran tekanan yang akhirnya membuatnya memilih jalan sama dengan Eko: mengundurkan diri.
Dalam video permintaan maaf yang diunggah pada Sabtu (30/8/2025), Uya menyampaikan penyesalan dengan nada getir.
“Saya, Uya Kuya, menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Tulus dari hati saya yang paling dalam, untuk masyarakat Indonesia atas apa yang terjadi beberapa hari terakhir ini,” ujarnya.
Mundurnya dua figur selebritas ini menandai babak baru dalam dinamika politik tanah air. Popularitas yang dulu mengantar mereka ke kursi legislatif kini tak lagi cukup untuk menahan badai kritik publik.
Keputusan mundur Eko Patrio dan Uya Kuya bisa dibaca sebagai langkah simbolis—bahwa di atas semua perdebatan, rasa keadilan dan empati masyarakat adalah hal yang tak bisa ditawar. (*)
Editor: Redaksi
Pesan Redaksi:
Demonstrasi merupakan hak warga negara dalam berdemokrasi. Untuk kepentingan bersama, sebaiknya demonstrasi dilakukan secara damai tanpa aksi penjarahan dan perusakan fasilitas publik.