Alumni UGM Seangkatan Jokowi Blak-blakkan Cara Mudah Buktikan Keaslian Ijazah, Tinggal Tunjukkan Hal Ini
Penulis: Rafika
1 hari yang lalu | 181 views
Ijazah Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi). (net)
Presisi.co - Polemik ijazah Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo, kembali menjadi bahan perdebatan publik. Meski telah menjabat selama dua periode, isu mengenai keaslian ijazah yang dikeluarkan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk Jokowi belum juga mereda.
Baru-baru ini, sejumlah perwakilan dari Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) bahkan mendatangi kediaman Jokowi untuk meminta klarifikasi secara langsung dan melihat dokumen asli ijazah yang dikeluarkan kampus ternama di Yogyakarta tersebut.
Polemik keaslian ijazah Jokowi ini turut menarik perhatian alumni UGM, Dr. Ing. Ignatius Iryanto Djou. Dalam sebuah video wawancara yang tayang di kanal YouTube Mosato Doc pada 18 April 2025, Iryanto mengatakan mudah saja bagi pihak UGM untuk membuktikan keaslian ijazah Jokowi.
Dalam cuplikan video yang turut dibagikan ulang oleh akun X @RomitsuT, ia mendorong kampus almamaternya agar turun tangan menanggapi polemik ini.
"Publik sekarang sudah terlanjur mencurigai bahwa Jokowi itu bukan alumnus dan bahwa ijazahnya itu palsu. Nah ini UGM sebaiknya tampil, tegas, menunjukkan mana fakta yang benar," kata Dr. Ing. Iryanto, dilansir dari Suara.com.
Dr. Ing. Iryanto mengaku pernah kuliah di UGM dan masuk pada tahun yang sama dengan Jokowi, yaitu 1980. Meski tahun kelulusan berbeda, ia meyakini bahwa format ijazah di masa itu seharusnya serupa.
"Saya alumni UGM tahun 1980 saya masuk, iya (sama seperti Jokowi). Kelihatannya memang (satu angkatan) kalau dilihat dari keterangannya beliau mau tahun 80, berarti kami memang satu angkatan," aku Dr. Ing. Iryanto.
"Jadi karena waktu itu masa kuliahnya tidak mungkin cepat 4 tahun atau 3,5 tahun, jadi kemungkinan yang paling cepat wisudanya setelah 5 tahun, ya tahun 85 mestinya wisudanya. Saya dengar Pak Jokowi wisuda tahun 85, saya sendiri wisuda tahun 86," sambungnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga menunjukkan ijazah miliknya yang dikeluarkan oleh UGM dan membandingkannya dengan ijazah Jokowi yang telah beredar. Menurutnya, ijazah asli keluaran tahun-tahun tersebut memiliki beberapa ciri khusus.
"Jadi (tahun) 85 dan 86 itu mestinya format ijazahnya sama.Ini ijazah saya, ini nomor seri. Nomor seri ini ada kode fakultas, ada nomor induk di fakultas, ada singkatan dari fakultas, dan ada tahun lulus. Soal font, saya yakin mestinya sama. Nama ini memang ditulis tangan. Jadi kalau ijazah asli yang keluar di tahun-tahun ini, pasti namanya ditulis tangan. Nomor induk di fakultas juga ditulis tangan. Lalu ada tanda tangan dekan, ada tanda tangan rektor. Rektornya pasti sama (dengan Jokowi)," jelasnya.
Lebih lanjut, Dr. Ing. Iryanto menyebut bahwa setiap mahasiswa yang ingin lulus dan mengikuti wisuda di UGM pada masa itu diwajibkan mengurus surat keterangan bebas pinjaman dari perpustakaan.
"Sebenarnya ada beberapa dokumen pendukung sehingga kita bisa diwisuda dan dapat ijazah. Misalnya, ada surat keterangan bebas pinjaman dari perpustakaan pusat," sambungnya.
Jika Jokowi benar lulus dari Universitas Gadjah Mada, ia semestinya memiliki surat keterangan tersebut. Namun jika dokumen itu sudah tidak ada, menurut Dr. Ing. Iryanto, fakultas tempat Jokowi menempuh pendidikan seharusnya masih menyimpan salinannya.
"Mestinya (Jokowi) ada, itu harusnya dekannya atau jurusannya, itu pasti punya dokumennya. Jadi kalau memang UGM mau nunjukkan keasliannya, ya tinggal tunjukkan surat itu," imbuhnya.
Tak hanya itu, Dr. Ing. Iryanto juga meminta kepada teman-teman satu angkatan Jokowi yang secara personal mengenalnya langsung untuk angkat bicara dan memberikan kesaksian. Karena menurutnya, perdebatan tentang ijazah palsu mantan presiden merupakan pembodohan bagi rakyat.
"Seharusnya Pak Jokowi tidak perlu menolak untuk menunjukkan ijazah aslinya. Dan teman-temannya yang seangkatan ya, tolong bicara langsung lah. Ceritakan, saya dengar Pak Jokowi dulu juga aktif di Mapala. Terbukalah, supaya selesai ini. Capek rakyat dengan wacana-wacana seperti ini. Ini pembodohan buat masyarakat kita," tambahnya lagi. (*)