Mengukur Pengaruh Algoritma Media Sosial dalam Kehidupan Sehari-hari
Penulis: Redaksi Presisi
Senin, 03 Februari 2025 | 265 views
Ilustrasi Algoritma dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. (Ist)
Presisi.co - Media sosial tidak lagi hanya menjadi tempat berbagi cerita, tetapi juga platform yang membentuk kebiasaan konsumen. Algoritma berperan penting dalam menentukan konten apa yang dilihat pengguna, sehingga memiliki dampak besar terhadap keputusan pembelian dan preferensi mereka. Artikel ini akan mengulas bagaimana Algoritma membentuk kebiasaan konsumen sebagaimana yang diulas sebelumnya oleh thegetsmartblog.com.
Menurut studi yang dipublikasikan oleh Statista pada 2024, 72% konsumen mengakui bahwa iklan atau konten di media sosial memengaruhi keputusan mereka saat membeli produk. Sebagai contoh, algoritma TikTok yang terkenal dengan For You Page (FYP) berhasil meningkatkan penjualan produk seperti roller wajah (face roller). Tren tersebut dimulai dari video singkat seorang influencer yang viral, diikuti oleh merek-merek yang memanfaatkan algoritma untuk menjangkau target audiensnya.
Bagaimana Algoritma Membentuk Kebiasaan Konsumen?
Kurasi Konten yang Dipersonalisasi
Algoritma seperti yang diterapkan di platform besar, seperti Facebook dan Instagram, dirancang untuk menyajikan konten berdasarkan preferensi pengguna. Hal ini meningkatkan waktu tayang (screen time) dan memengaruhi kebiasaan konsumen dalam mengonsumsi informasi.
Contoh Kasus: Netflix juga menggunakan algoritma serupa. Rekomendasi film atau serial yang sesuai dengan riwayat tontonan pengguna meningkatkan keterlibatan hingga 80%, sekaligus mendorong pengguna untuk terus berlangganan.
Strategi Interaksi Konten
Konten yang viral sering kali memengaruhi konsumen untuk mengikuti tren tertentu. Misalnya, kampanye menggunakan hashtag yang menarik dapat meningkatkan penjualan produk hingga 35%, menurut data dari Hootsuite.
Contoh Kasus: #ShotOniPhone, kampanye yang dijalankan Apple, berhasil menarik perhatian jutaan pengguna media sosial. Melalui algoritma, konten-konten terbaik dari pengguna diangkat menjadi viral, yang pada akhirnya meningkatkan loyalitas merek dan mendorong pembelian.
Iklan Berbasis Algoritma Iklan yang muncul di feed pengguna didesain untuk menjangkau audiens spesifik. Menurut data dari Forbes, iklan berbasis algoritma memiliki rasio klik hingga 10 kali lebih tinggi dibandingkan iklan tradisional.
Contoh Kasus: Sebuah merek pakaian lokal, Cotton Ink, berhasil meningkatkan penjualan hingga 40% dengan iklan Instagram. Mereka menargetkan pengguna berdasarkan minat terhadap mode kasual menggunakan algoritma platform, sehingga konten mereka langsung menjangkau konsumen potensial.
Menghadapi Tantangan Algoritma
Namun, ada tantangan yang harus dihadapi, seperti isu transparansi algoritma dan munculnya echo chamber yang membatasi sudut pandang konsumen. Di sinilah pentingnya pemahaman lebih dalam tentang cara algoritma bekerja untuk mengoptimalkan strategi pemasaran. Contoh Kasus: Dalam pemilu 2024 di Indonesia, algoritma media sosial seperti Facebook sering disoroti karena menciptakan bubble informasi. Hal ini menyebabkan hanya konten tertentu yang relevan dengan kepercayaan pengguna yang sering muncul, memengaruhi pola pikir masyarakat terhadap kandidat tertentu.
Strategi bagi Bisnis dan Konsumen
Untuk memanfaatkan algoritma secara efektif, bisnis perlu:
Menggunakan data analitik untuk memahami audiens.
Meningkatkan keterlibatan melalui konten yang relevan dan menarik.
Memanfaatkan fitur terbaru di platform sosial media, seperti Reels atau Stories.
Contoh Kasus: Merek makanan ringan asal Indonesia, Tahu Krispi, berhasil meningkatkan penjualannya melalui kampanye video singkat di Instagram Reels. Dengan menggunakan influencer lokal dan targeted ads, kampanye ini berhasil menjangkau lebih dari 1 juta orang dalam satu minggu pertama.
Sementara itu, konsumen perlu menjadi lebih kritis terhadap konten yang disajikan agar tidak terjebak pada bias algoritma.