Penulis: Rafika
Presisi.co - Sosok Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah belakangan ini viral usai kedapatan mengolok-olok seorang pedagang es teh keliling dalam pengajian di wilayah Magelang. Aksi Gus Miftah tersebut sontak saja menuai kecaman publik.
Bahkan, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim turut mengkritik pendakwah asal Jogja tersebut. Dalam video yang beredar di sosial media, Anwar Ibrahim mengaku mengetahui video Gus Miftah yang viral karena dikirimkan oleh temannya.
"Viral di media sosial, seorang kiai, Gus, dalam dakwahnya menghina seorang penjual teh. Ada yang nonton? Teman-teman saya dari Indonesia mengirimkaan (video) tersebut," ujar Anwar Ibrahim saat menghadiri acara di Kompleks Kementerian Kewangan (Keuangan).
Menurutnya, sikap Gus Miftah dan teman-temannya yang mengolok serta menertawakan penjual es teh keliling tersebut merupakan perbuatan tercela. Bahkan, hal itu berujung teguran dari Presiden Prabowo kepada Miftah yang juga mengemban amanah sebagai Utusan Khusus Presiden.
"Ini pendakwah, dua pendakwah. Dengan ketawa dengan maksud (yang) menghina sekali. Dia (Gu Miftah) menimbulkan kemarahan sehingga Presiden Prabowo Subianto memberikan pernyataan (teguran) yang keras dan akhirnya pendakwah tersebut berkunjung (ke rumah) penjual es (teh) tersebut dan meminta maaf," ujar Anwar Ibrahim menyambung.
Lebih lanjut, Anwar Ibrahim menjadikan kontroversi pimpinan pondok pesantren Ora Aji Sleman itu sebagai contoh agar siapapun berhati-hati dalam bertutur kata kepada orang lain.
"Ini contoh bahwa keangkuhan, kesombongan kadang-kadang tidak hanya ada di kalangan orang-orang yang tidak tahu agama," ujar Anwar Ibrahim.
"Orang yang paham agama, yang berbicara soal Islam, akidah, salat, sunnah, tetapi bila timbul perkataan seperti itu, dilihat, itu mengina. Saya melihat video itu dikirim dari teman saya di Indonesia, saya merasa aneh (heran)," katanya lagi.
Belakangan, Gus Miftah telah minta maaf langsung pada Sunhaji. Kepada media, dia mengaku ditegur oleh Seskab Mayor Teddy dan diminta untuk lebih berhati-hati dalam berbicara di ruang publik. (*)
Editor: Rafika
