Apakah Memilih Pemimpin yang Tidak Amanah Membuat Kita Ikut Berdosa Menurut Islam? Ini Penjelasan Buya Yahya
Penulis: Rafika
Rabu, 27 November 2024 | 169 views
Presisi.co - Seluruh masyarakat Indonesia telah menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 27 November 2024.
Dalam pesta demokrasi lima tahunan ini, masyarakat dari 545 daerah dengan rincian 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota, menggunakan hak suara untuk memilih kepala daerah sesuai hati nurani mereka.
Memilih pemimpin bukanlah hal yang sepele. Sebab, kita harus benar-benar memilih pemimpin yang bertanggung jawab dan peduli terhadap masyarakatnya.
Di setiap musim pemilihan umum, selalu saja ada pertanyaan terkait benar atau tidaknya rakyat akan dihukum di akhirat jika salah memilih pemimpin, terutama jika pemimpin tersebut ternyata tidak amanah atau tidak sesuai dengan harapan.
Lantas, apakah memilih pemimpin yang salah termasuk dosa?
Menanggapi pertanyaan tersebut, Buya Yahya punya jawabannya. Ulama kondang itu menuturkan apa konsekuensi yang akan diterima seorang hamba jika ia memilih pemimpin yang ternyata tidak amanah.
Dalam ceramah di saluran YouTube resminya, Buya Yahya mengajak masyarakat untuk melakukan ijtihad, yakni upaya sungguh-sungguh dalam menilai dan memilih calon pemimpin yang dianggap paling baik di antara pilihan yang ada
Ia menegaskan pentingnya niat yang tulus dalam proses memilih pemimpin. Menurutnya, pilihan tidak boleh didasarkan pada kepentingan pribadi atau hawa nafsu semata, melainkan harus berorientasi pada kemaslahatan umat manusia.
Buya Yahya menerangkan bahwa pemimpin yang baik harus dipilih berdasarkan prinsip keadilan dan kebaikan umat, serta melalui pertimbangan yang didasari informasi yang akurat. Jika proses memilih dilakukan dengan usaha maksimal dan niat yang ikhlas, maka tidak ada dosa yang melekat, karena Allah menilai niat serta usaha di balik setiap keputusan yang dibuat.
"Setelah itu ya Anda tidak dosa, asalkan Anda sudah dengan benar memilih dengan cara yang baik, biarpun informasi yang disampaikan adalah bohong, yang penting Anda tidak tahu," tutur Buya Yahya.
Artinya, selama seseorang melakukan ijtihad dengan niat yang tulus dan benar saat memilih pemimpin, orang tersebut tidak akan berdosa meski pada akhirnya pemipmin yang dipilih tidak amanah dalam menjalankan tugasnya.
Sebaliknya, orang-orang yang memilih pemimpin karena iming-iming proyek atau duniawi akan mendapatkan ganjaran di akhirat. (*)