search

Advetorial

DPRD SamarindaSri Puji AstutiPersoalan Tenaga PengajarUpah GuruDisdikbud Samarinda

Gak Cuma di Samarinda, Tapi di Seluruh Indonesia

Penulis: Feriyanto
Rabu, 08 November 2023 | 525 views
Gak Cuma di Samarinda, Tapi di Seluruh Indonesia
Suasana rapat antara Komisi IV DPRD Samarinda dan Disdikbud Samarinda. (Feriyanto/Presisi.co)

Samarinda, Presisi.co - Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sri Puji Astuti menyebut, persoalan upah tenaga pengajar yang terjadi saat ini tidak hanya terjadi di Kota Samarinda saja, tapi juga terjadi di seluruh wilayah Indonesia. 

Puji bilang, persoalan upah minim bagi para guru juga mempengaruhi minat generasi muda untuk berporfesi sebagai seorang guru.

"Terkait masalah gaji guru ini bukan terjadi hanya di Samarinda tetapi seluruh Indonesia juga mengalaminya, memang profesi guru minatnya turun setiap tahunnya, meskipun ada P3K yang ada peningkatan kesejahteraan guru dengan gaji minimal 3,4 juta," kata Puji usai memimpin rapat dan koordinasi bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Samarinda di Ruang Rapat Gabungan Lt 1 DPRD Kota Samarinda pada Rabu, 8 November 2023. 

Terkait itu, Puji tegaskan bahwa pihaknya sudah berupaya untuk meningkatkan gaji dan kesejahteraan para tenaga pengajar di Kota Tepian.

"Tetapi kemampuan keuangan daerah bahkan negara itu juga tidak mencukupi," sebutnya.

Ia menambahkan, anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN sudah termasuk dari gaji dan tunjangan guru.

"Kalau ingin gaji besar ya harus berganti profesi ya, jika lulusan FKIP tidak mau jadi guru ya nggak apa-apa, karena di rumah juga bisa jadi guru, tapi jika ingin mengabdi pada negara," sebutnya.

Sebelumnya, Kadisdikbud Kota Samarinda, Asli Nuryadin membenarkan jika Samarinda saat ini kekurangan guru yang tersebar di beberapa kecamatan.

"Sekarang ini Samarinda kekurangan guru sebanyak 1680 dan jumlah tenaga honorer sebanyak 1132. Jika dikalkulasikan masih ada 549 guru yang harus merangkap," kata Asli. 

Akibatnya, ratusan guru tersebut harus merangkap jabatan. 

"Dikarenakan ketidakmampuan mengangkat guru yang bergaji sekitar 500 ribu rupiah," ujarnya. (*)

Editor: Redaksi