search

Daerah

Program Cek FaktaMafindoHoax PemiluPilpres 2024

Kolaborasi sebagai Langkah Awal Melawan Disinformasi jelang Pemilu 2024

Penulis: Redaksi Presisi
Sabtu, 09 September 2023 | 3.203 views
Kolaborasi sebagai Langkah Awal Melawan Disinformasi jelang Pemilu 2024
Program Cek Fakta Mafindo dan Mafindo Wilayah Samarinda Mengadakan Diskusi Terfokus dalam Upaya Memperkuat Gerakan Kolaborasi Menuju Pemilu 2024 yang Bebas Misinformasi dan Disinformasi.

Presisi.co – Program Cek Fakta dan Mafindo Wilayah Kota Samarinda melaksanakan Diskusi Terfokus yang bertujuan membangun dan memperkuat gerakan kolaborasi di berbagai wilayah sebagai langkah strategis dalam memerangi hoaks menjelang Pemilu 2024. Salah satu harapan dilaksanakannya kegiatan ini adalah dengan menyediakan kanal Cekfakta lokal untuk memerangi hoaks dengan tema lokal.

Dengan dukungan dari Google News Initiative dan Cekfakta.com program Cekfakta.com telah berhasil memeriksa ribuan informasi palsu yang meresahkan masyarakat.

Sejak diluncurkan pada Mei 2018, Cekfakta.com, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), dan Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo), telah bekerja sama dengan 25 perusahaan media terkemuka. Kolaborasi ini telah berjalan selama lima tahun, namun tantangan dalam penyebaran dan penggunaan konten cek fakta masih cukup besar, terutama menjelang Pemilu 2024 yang rentan terhadap gangguan informasi, ujaran kebencian, polarisasi, kampanye hitam, dan ancaman manipulasi kecerdasan buatan.

Adapun FGD  (Focus Group Discussion) bertemakan “Menepis Hoaks Menjemput Pemilu 2024 Menuju Nusantara Beradab” dilaksanakan di Room Mandapa III Hotel Fugo Kota Samarinda pada Jum’at (8/9/2023) pukul 14.00 s.d. 17.30 WITA

Ketua Komisi Pemilihan Umum Provinsi Kalimantan Timur, Rudiansyah menyatakan Informasi hoaks banyak beredar di WA, karena WA lebih familiar, intensitas interkasi dengan WA cukup tinggi, dan mudah. Intensitas semakin tinggi menjelang tahun politik. Hoaks yang paling bahaya adalah hoaks keagamaan karena dapat menyentuh aspek politik, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Korban dari hoaks keagamaan pada akhirnya adalah minoritas. Perlu pemahaman yang baik dan benar terkait pengetahuan agama dan toleransi. Dulu ada isu tentang pencurian kotak suara di Balikpapan, ternyata hoaks itu mengakibatkan kekacauan. Sangat sulit bagi KPU sendiri untuk mengklarifikasi semua hoaks Pemilu.

Dekan FISIP Universitas Mulawarman, Dr. Finnah Fourqoniah, M.S. mengatakan dampak hoaks bisa merusak hubungan, dan memecah belah oleh karena itu edukasi dan sosialisasi menghadapi hoaks, isu pemilu dan sebagainya sangat penting. Masyarakat harus disadarkan dan dibiasakan mengambil informasi dari sumber-sumber paling valid.

Galeh Akbar Tanjung, salah satu Komisioner Bawaslu Provinsi Kalimantan Timur menyampaikan bahwa ada evolusi penggunaan media dalam menyebarkan hoaks, dari media cetak ke media online. Di media online setiap orang bisa menyebarkan informasi dan informasi ini seringkali tidak akurat, bahkan media mainstream sendiri pun bisa saja salah dalam menyampaikan informasi. Oleh karena itu perlu kolaborasi untuk cek fakta dengan melibatkan KPU dan Bawaslu sebagai sumber informasi untuk memverifikasi hoaks pemilu.

Salah seorang pengurus Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Provinsi Kalimantan Timur, Andi Fathul Khair menyatakan KKSS membangun budaya kebersamaan dan ini menjadi penguatan sehingga Ketika ada persoalan cepat melakukan tabayun, berkumpul untuk mengurai persoalan. Ini sama dengan komunitas jawa, kumpul guyup, mengutamakan kearifan lokal sebagai modal sosial.

Kegiatan FGD ini disambut positif oleh berbagai organisasi dan komunitas di Kota Samarinda yang hadir dalam forum seperti LSM Kawal Borneo Kaltim, Akademisi UNMUL, NU Kaltim, Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia Samarinda, PMI Kaltim, LBH Kaltim-Badan Kajian Hukum dan Hubungan Masyarakat, Univ. 17 AGUSTUS 1945, Bawaslu Kaltim, PGI Kaltim, KKSS Kaltim, FOR DAMAI IKN, AJI SAMARINDA, Muhammadiyah Kaltim, KPU Kaltim,  Influencer Kaltim, Aisyiyah Kaltim, Muslimat NU Kaltim, Program Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), AMSI SAMARINDA, Dekan FISIP Unmul, PHDI Samarinda dan UINSI SAMARINDA.

FGD ditutup dengan penandatanganan pernyataan sikap bersama guna menciptakan kolaborasi Untuk Menghadapi Disinformasi Jelang Pemilu 2024.