search

Daerah

Pengelolaan Limbah MakananWestplantsAndi HarunMengubah Sampah jadi Kompos

Samarinda Bakal Jadi Kota Pertama di Kalimantan yang Menerapkan Teknologi Pengelolaan Limbah Makanan Jadi Kompos

Penulis: Jati
Selasa, 08 Maret 2022 | 1.651 views
Samarinda Bakal Jadi Kota Pertama di Kalimantan yang Menerapkan Teknologi Pengelolaan Limbah Makanan Jadi Kompos
Wali Kota Samarinda Andi Harun (tengah) bersama perwakilan Westplant. (Istimewa)

Samarinda, Presisi.co - Wali Kota Samarinda Andi Harun baru saja melakukan pertemuan dengan Pendiri Wasteplant.com.au Andrew Hayim De Vries di Ruang Prioritas Anjungan Karamumus pada Selasa, 8 Maret 2022. 

Pertemuan tersebut adalah awal perkenalan bagi Andrew untuk memperkenalkan teknologi pengelolaan limbah makanan menjadi kompos yang bisa dimanfaatkan oleh sektor pertanian dan perkebunan di Kota Tepian.

Kepada awak media, Andi Harun sampaikan jika dirinya sudah menyampaikan instruksi khusus kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda untuk menjadikan wacana pengelolaan limbah makanan menjadi kompos ini menjadi salah pilot project pemkot.

"Ini sudah dipercontohkan di Srilanka dan ini juga sebagai bentuk penyehatan lingkungan. Sekaligus mengurangi penggunaan pupuk kimia," ungkap Andi Harun. 

Menambahkan, Andrew yang selama 15 tahun belakangan bergerak di bidang pengelolaan sampah mengaku jika Samarinda akan menjadi kota pertama di Kaltim yang akan mengadopsi teknologi yang pernah ia bawa di Bali. 

Sementara, Andrew sampaikan jika teknologi yang telah ia terapkan selama 15 tahun belakangan ini dimanfaatkan , maka Samarinda akan menjadi kota pertama di Kalimantan

 

 

"Dan hal terpenting dalam project ini langsung menyasar pada komunitas masyarakat akan proses komposing," sebut dia. 

Selain itu, Andrew sampaikan jika teknologi yang perkenalkan langsung oleh orang nomor satu di Samarinda tersebut, memberi dampak positif bagi lingkungan dan ekonomi. Sekaligus juga media pembelajaran masayarakat. Hingga tak heran jika teknologi yang ia temukan tersebut, diadopsi oleh tiga kota besar di beberapa negara.

Ditanya soal besaran biaya yang dibutuhkan, Andrew samapaikan jika nilainya tentu berbeda seperti di Australia yang menelan biaya sebesar 35 Ribu US Dollar.

"Jika dibangun di sini mungkin lebih murah," kata dia mengakhiri. (*)

Editor: Yusuf