search

Daerah

andi harunrusmadi wongso Ismid Kusasih

Warga Samarinda yang Isolasi Mandiri Bisa Dapatkan Pendampingan, Ini Nomor Handphone Faskes dan Mitra BPJS

Penulis: Jeri Rahmadani
Jumat, 23 Juli 2021 | 1.191 views
Warga Samarinda yang Isolasi Mandiri Bisa Dapatkan Pendampingan, Ini Nomor Handphone Faskes dan Mitra BPJS
Kepala Dinas Kesehatan Samarinda Ismid Kusasih. (Jeri Rahmadani/Presisi.co)

Samarinda, Presisi.co – Kamis 22 Juli 2021 lalu, beredar video seorang ibu yang sedang isolasi mandiri mendatangi Kegubernuran Kaltim. Sebab ibu itu merasa ditolak oleh rumah sakit.

Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Samarinda Andi Harun meminta agar kejadian serupa tak terulang kembali. Menurutnya, situasi ketersediaan tempat tidur rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) di Samarinda memang hampir penuh. Ditambah, tenaga kesehatan yang sudah kelelahan disertai pasien yang meningkat.

Meski demikian, Andi Harun menilai agar pihak rumah sakit mengambil tindakan dengan mengoptimalkan manajemen krisis. Kemudian dapat melakukan penanganan tepat terkait kasus-kasus seperti di atas dan tak terkesan rumah sakit menelantarkan pasien. "Kami sadar betul kalau situasi sulit. Tapi kalau ada manajemen krisis penanganan pasien yang over kapasitas, setidaknya ada rasa lega di masyarakat. Walaupun tidak maksimal," ucap Andi Harun, Kamis 22 Juli 2021.

Terhitung Jumat 23 Juli 2021, Kepala Dinas Kesehatan Samarinda Ismid Kusasih akan menghimpun semua nomor handphone dari fasilitas kesehatan (faskes) swasta mitra Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Lalu disosialisasikan ke masyarakat. "Sehingga masyarakat bisa mendapatkan akses langsung ke seluruh faskes pemerintah dan swasta se-Samarinda untuk pendampingan isolasi mandiri dan telemedisin (informasi dan pelayanan medis jarak-jauh)," ungkap Ismid, Jumat 23 Juli 2021.

Ia melanjutkan, pihak rumah sakit juga diwajibkan menstabilkan keadaan umum (life safety) terhadap pasien yang datang, dan agar pasien keadaan gawat atau memburuk harus ditangani terlebih dahulu di unit gawat darurat (UGD). Ini berlaku di masing-masing rumah sakit di Samarinda.

Ismid tak menampik, saat ini rumah sakit di Samarinda memang memakai sistem buka tutup. Alasannya, ruangan kapasitas pasien Covid-19 itu tersedia karena pasien telah pulang atau meninggal dunia. Sehingga, barulah pasien Covid-19 lainnya dapat dimasukkan ke ruang isolasi Covid-19 tersebut. "Sehingga dokter UGD yang melakukan screening pasien Covid-19 sedang berat, di ruang semi intensif (intermediate), sambil mengedukasi apabila tergolong ringan sedang untuk isolasi mandiri (isoman)," lanjut Ismid.

Diketahui sebelumnya, Pemkot Samarinda telah melaksanakan rapat koordinasi perihal penanganan Covid-19 di Samarinda pada Minggu 18 Juli 2021.

Berdasarkan rapat yang turut mengundang pimpinan rumah sakit di Samarinda itu, Pemkot Samarinda meminta manajemen rumah sakit untuk meningkatkan tempat tidur (bed) pasien Covid-19.

"Di saat darurat seperti ini, harusnya 14 rumah sakit ikut menangani pasien Covid-19. Faktanya hanya 7 rumah sakit yang beroperasi dengan jumlah 373 Bed tersedia. Terdiri Isolasi 296 dan ICU 77 BED, ini berarti 22 % Bed dari total 1562 Bed yang dimiliki rumah sakit," urai Wakil Wali Kota Samarinda Rusmadi melalui Instagram.

Meski demikian, Rusmadi menyebut saat ini ada tambahan tujuh rumah sakit yang berkomitmen serius menangani Covid-19. Sehingga saat ini tempat tidur tersedia menjadi 576 bed (36,88 persen dari total bed rumah sakit). ICU yang semula 55 menjadi 94 bed, dan IGD yang semula 61 menjadi 94 bed. "Kami sadar bahwa banyak rumah sakit menghadapi kendala. Kurang dokter, soal cash flow, ingin ideal memenuhi standar Kementerian Kesehatan. Tetapi ini situasinya darurat. Bagi kami yang penting aksi. Bertahap kita lengkapi dan sempurnakan," beber Rusmadi. (*)
Editor: Rizki