search

Hukum & Kriminal

Maritza Adiba Zahra Orangtua BerceraiHak Asuh Anak Pelaku Penculikan ZahraPenculikan Anak di Balikpapan

Cerita Sebenarnya Kasus Penculikan Anak di Manggar, Kak Seto Duga Pelaku Orang Terdekat

Penulis: Nur Rizna Feramerina
Senin, 05 Juli 2021 | 2.324 views
Cerita Sebenarnya Kasus Penculikan Anak di Manggar, Kak Seto Duga Pelaku Orang Terdekat
Rekaman CCTV milik ketua RT 30 yang menampilkan Zahra tengah berjalan sendirian. (istimewa)

Balikpapan, Presisi.co - Selasa 29 Juni 2021, seorang anak kecil berusia empat tahun sepuluh bulan tampak terekam CCTV di Jalan Baitul Makmur, Gang Anthorium II RT 30, Kelurahan Manggar, Kecamatan Balikpapan Timur. Kejadian itu tepat pada pukul 15.15 Wita. Anak perempuan berbaju abu-abu biru ini berjalan sendirian. Padahal biasanya, sore seperti itu adalah waktunya untuk tidur siang.

Bocah bernama Maritza Adiba Zahra sempat tidur bersama Ibunya, Ika, 30 tahun. Namun tak berapa lama dia bangkit dan meminta izin kepada Ika untuk bermain di luar rumah. "Sebelum dia keluar, ditanya sama Ibunya, mau kemana sayang?" terang kakek Zahra, Sutrisno, 57 tahun.

Zahra menjawab hendak bermain. Ika mengizinkan karena biasanya Zahra tidak pernah main hingga jauh dari rumah. Jarum jam terus berdetak hingga pukul 17.00 Wita. Ika mulai mencari keberadaan Zahra yang tak tampak di sekitar rumah. Waktu berlalu, handphone Sutrisno pun berdering. Rupanya panggilan masuk dari Ika. "Habis magrib ibunya telepon saya. Menanyakan apakah Zahra ikut saya. Saya bilang tidak ada dan saya suruh cari di belakang rumah," urainya.

Tidak lama setelah ditelepon Ika, handphone Sutrisno kembali berbunyi. Kali ini ada pemberitahuan pesan WhatsApp dari anaknya yang lain. Isi pesan tersebut adalah meminta Sutrisno mencari Zahra. Saat itu juga, Sutrisno berpikir ada yang tidak beres. Ia bergegas menuju rumah Zahra. Setibanya, Sutrisno melihat air mata sudah membanjiri pipi Ika.

Tak lama, ketua RT setempat mengunjungi rumah Zahra dan melihatkan rekaman CCTV. Dari rekaman tersebut, benar bahwa Zahra terlihat berjalan pada pukul 15.15 Wita. Empat menit berselang atau tepatnya 15.19, tampak Zahra dibawa seorang pria tak dikenal menggunakan skuter matik pergi menjauh dari rumah. "Kondisi di sini, jam segitu memang jam tenang. Mungkin saat itu dimanfaatkan pelaku," jelas Sutrisno.

Namun, Sutrisno menemukan kejanggalan. Tak biasanya cucu perempuannya itu cepat akrab dengan orang lain. Terlebih, hanya dalam kurun waktu empat menit. Zahra bahkan ikut bersama pria yang Sutrisno pun tidak mengenalinya. "Cucu saya kalau orang enggak kenal, misalnya saja tetangga saya, saja sulit akrab, apalagi sama orang tidak dikenal," ungkapnya.

Sutrisno mengaku keluarganya tidak pernah bersitegang. Ia menduga, kejadian ini benar penculikan. Tak menunggu waktu lama, Sutrisno dan keluarga langsung melaporkan kejadian ini ke Mapolsek Balikpapan Timur. Ia juga melapor ke Pusat Pengembangan Anak (PPA).

Orangtua yang Bercerai

Kapolsek Balikpapan Timur Kompol FX Hartanta tengah mendalami kasus ini. Ia menduga, Zahra mengenal pria yang membawanya dengan skuter matik tersebut. "Untuk anak seusia itu, kemungkinan besar akan teriak atau berontak ketika dibawa orang yang tidak dikenal," terangnya.

Di sisi lain, ia mengungkap orangtua Zahra telah bercerai, dan sang Ayah tengah bekerja di Bulungan, Kalimantan Utara.

Kepala Unit PPA Polresta Balikpapan pun menyebutkan hal yang sama. Iptu Iskandar menjelaskan, saat ini mendalami aduan yang diterimanya. "PPA sudah memeriksa ibu dan ayah korban, mengambil CCTV di sekitar TKP, dan anggota lainnya melakukan penyelidikan ke lapangan," terangnya.

Dugaan Pelaku Orang Terdekat

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi atau yang akrab dikenal Kak Seto menjelaskan bahwa biasanya, pelaku penculikan anak berasal dari orang terdekat. Sebab pelaku memahami kebiasaan korban. "Biasanya pelaku tahu jadwal di keluarga korban, ketika ada peluang maka langsung dimanfaatkan. Tapi bisa juga karena kelengahan kita sehingga pelaku langsung beraksi ketika ada kesempatan," ujarnya.

Ia pun meminta seluruh orangtua meningkatkan kewaspadaan. Sebab, di situasi saat ini banyak masyarakat yang terdesak kebutuhan ekonomi, sehingga menghalalkan segala cara agar bisa mendapatkan uang. "Semua warga harus peduli. Jadi harus gotong royong melindungi meski itu bukan anaknya," ulasnya. (*)
Editor: Rizki