Borneo Fashion Bration Buka-bukaan Cara Menjadi Fashionpreneur Sukses
Penulis: Jeri Rahmadani
Rabu, 13 Januari 2021 | 886 views
Samarinda, Presisi.co – Borneo Fashion Bration (BFB) kembali melanjutkan Fashion Talk show kedua. Berkarir di Dunia Fashion, jadi topik utama yang dibahas dalam bincang virtual yang digelar pada Rabu (13/01/2020).
Acara yang masih dalam rangkaian Visit Kaltim Fest (VKF) seri pertama yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Kalimantan Timur tersebut turut memperkenalkan Digi Fashion Academia (DFA). Wadah pendidikan fashion yang dapat diakses melalui online.
Bincang Fashion BFB ini sendiri tak hanya menghadirkan desainer lokal seperti Anas Magfur yang tak lain Founder BFB dan DFA. Ketua Pengurus Indonesian Fashion Chamber, Leny Agustin, dan beberapa member kelas DFA turut hadir dalam agenda tersebut.
Lewat kesempatan tersebut, Anas menyampaikan jika DFA yang anggotanya tersebar di sejumlah kota besar di Indonesia, resmi terbentuk di Tahun 2020 ini. Walau baru terbentuk, DFA dikatakan Anas hadir untuk menyampaikan pemahaman kepada para peminat fashion di tanah air yang tertarik di salah satu bidang kreatif populer ini.
“Banyak peminat fashion yang ingin mempelajari ilmu fashion lebih dalam, namun terhalang berbagai keterbatasan seperti, lokasi, biaya, waktu, dan sebagainya," tutur Anas.
Ditengah pandemi dengan segala kebijakan mengenai pembatasan kegiatan masyarakat, DFA diyakini Anas jadi jawaban tepat bagi masyarakat umum untuk belajar lebih banyak terkait bisnis fashion secara daring.
"DFA dibentuk sebagai wadah pendidikan fashion berbasis online agar dapat menjangkau hingga ke seluruh Indonesia,” ungkap Anas.
Anas merinci, sejumlah kelas fashion yang saat ini sudah tersedia, diantaranya Fashion Illustration, Fashion Design, Fashion Consultation, Fashion Drafting, dan Fashion Business. Masing-masing kelas, dapat dipilih secara mandiri oleh para peminatnya.
Seperti yang diungkapkan Erlya Rulyanti, member DFA asal Bandung yang saat itu terhubung langsung dalam Fashion Talk BFB Ini. Sebagai seorang ibu rumah tangga, minat Erlya terhadap fashion ternyata sangat menggebu-gebu. Walau mengaku bisa menjahit, namun keahlian seorang desainer tak dimiliki olehnya.
“Jadi untuk memperkuat pondasi fashionpreneur saya, maka saya bergabung dengan DFA yang seiiring proses pembelajaran yang diberikan, saya yang tidak bisa membuat sketsa menjadi bisa karena para mentor benar benar mengajarkan kami bagaimana merencanakan suatu produk, mendesain, memproses, hingga memasarkan”, ungkap lulusan terbaik dari kelas Fashion Consultation DFA itu.
Selaku Pengurus Indonesia Fashion Chamber, Leny Agustin yang sejak awal tergabung dalam Fashion Talk BFB ini turut menyampaikan sejumlah kiat khusus bagi para peminat fashion di tanah air.
Dikatakan Leny, untuk menjadi seorang fashionpreneur, passion terhadap fashion itu sendiri amatlah penting. Kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan untuk membuka wawasan dan jaringan yang lebih luas lagi.
“Karena fashion tidak akan mati dimakan oleh zaman. Justru fashion selalu mengikuti perkembangan zaman dan perlu diketahui bahwa dunia fashion sangatlah luas tidak melulu soal menjahit," paparnya.
Lanjut dikatakannya, melalui riset pasar yang tepat. Peluang bisnis produk fashion melalui internet, memang sangat menggoda. Terlebih, di masa pandemi ini budaya belanja online masyarakat cenderung meningkat.
"Tak hanya itu, untuk membuka usaha fashion kini sangatlah mudah. Tidak perlu butik atau tempat untuk memulai sebuah usaha. Cukup dengan media latar belakang yang variatif yang dipasarkan melalui media online dan hasil foto suatu produk, anda dapat memajang dan memamerkan hasil karya produk secara online," jelasnya.
Selain itu, seorang fashionpreneur juga dikatakan Leny harus memiliki kreativitas dan kepekaan terhadap kebutuhan pasar.
“Perbanyak hubungan yang positif dengan sesama fashionpreneur dan pantang mundur”, pungkasnya.