search

Daerah

Nelayan Beralih ProfesiTempat Wisata di Muara BadakNelayan Tangkap di KukarKartu KUSUKA

Puluhan Nelayan di Muara Badak Beralih Profesi Jadi Juru Mudi Kapal Wisata, Kenapa?

Penulis: Erlina
Selasa, 12 Januari 2021 | 794 views
Puluhan Nelayan di Muara Badak Beralih Profesi Jadi Juru Mudi Kapal Wisata, Kenapa?
Potret seorang juru mudi kapal wisatawan di Muara Badak.

Samarinda, Presisi.co - Puluhan nelayan di Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Provinsi Kalimantan Timur terpaksa beralih profesi sebagai pemandu kapal untuk para wisatawan dan pemancing.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Pokdarwis Muara Badak, Mansur. Merosotnya pendapatan para nelayan tangkap di masa pandemi Covid-19 jadi alasan utama agar kebutuhan sehari-hari para nelayan di Muara Badak tetap terpenuhi.

"Mayoritas pekerja warga di kecamatan Muara Badak ini adalah nelayan tangkap dan Tambak. Tapi memang satu tahun belakang ini, ada puluhan nelayan yang beralih profesi sebagai juru mudi kapal, yang biasanya mengantar para wisatawan dan pemancing,” papar Mansur.

Foto : Mansur, Ketua Pokdarwis Muara Badak.

Tak dapat dipungkiri, wajah Muara Badak yang terletak di kawasan pesisir Kukar saat ini mulai beralih menjadi kawasan wisata yang ramai dikunjungi wisatawan, baik lokal ataupun nasional.

Mansur mencontohkan, di kawasan Desa Tanjung Limau dan Desa Muara Badak Ilir Selatan, pulau-pulai kecil dengan kawasan bibir pantai yang eksotik, sudah menjadi magnet bagi para wisatawan untuk hadir berkunjung.

Lanjut dijelaskannya, selain menjadi kelompok yang terdampak pandemi, pendapatan para nelayan tangkap di Muara Badak juga tergolong kecil. Rendahnya nilai jual hasil tangkapan nelayan itu sendiri bahkan masih menjadi pertanyaan besar dalam benak kecil Mansur dan para nelayan lainnya.

Kendati demikian, beralihnya profesi nelayan tangkap menjadi juru mudi kapal pemancing dan wisata di Muara Badak justru berdampak positif terhadap habitat laut.

"Peralihan ini malah sedikit tidaknya bisa di syukuri. Karena selama nelayan menjadi juru mudi, pengeboman ikan hampir sudah tidak ada lagi di perairan Muara Badak. Bahkan penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan juga tidak ada. Ini membuat terumbu karang di Muara badak bisa selamat,” terang pria yang kini banyak menghabiskan waktu untuk menjaga kelestarian bawah laut di perairan Muara Badak.

Disamping itu, Mansur berharap fenomena peralihan profesi para nelayan tangkap ini, tak mengurangi pemasokan ikan di Kecamatan Muara Badak.

"Semoga tetap terjaga, jangan sampai pasokan ikan berkurang," harapnya.

Curhat Para Nelayan yang Akhirnya Memilih Beralih Profesi.


Foto : Saleh Huddin, salah seorang yang dulunya berprofesi sebagai nelayan tangkap dan kini menjadi juru mudi kapal wisatawan.


Saleh Huddin (46), yang dulunya berprofesi sebagai nelayan tangkap banyak bercerita kepada awak media terkait alasan dirinya beralih profesi sebagai juru mudi kapal wisata.

Saleh menyebut, kurangnya fasilitas alat tangkap yang dimiliki oleh para nelayan di Desa Badak Ilir, berdampak langsung dengan hasil tangkapan ikan mereka. 

Kondisi tersebut, diakui Saleh membuat ia dan puluhan nelayan lain lelah. Terlebih, pendapatan harian sebagai juru mudi kapal untuk wisatawan begitu menggiurkan.

“Kami disini rata rata mengeluh. Mau bagaimana lagi, yang kami hadapi ini alam. Ikan sudah jarang, jarak tangkap kami semakin jauh, akibat adanya aktifitas tambang di 1 mil dari sini. Kami harus menangkap di jarak 2 mil ke laut. Kapal kami juga tidak memadai," ungkapnya. 

Puluhan tahun berprofesi sebagai nelayan tangkap. Selama itu pula tak satupun bantuan dari pemerintah, baik berupa alat tangkap hingga asuransi yang semula digaungkan oleh Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti sampai di tangan mereka.

“Banyak yang saya dengar bantuan masuk di kecamatan ini, tapi enggak tau di kasih kemana. Kami nelayan disini gak pernah liat. Mungkin ada tapi kami tidak tahu,” kata Saleh.

Sementara, untuk asuransi nelayan melalui program Kusuka (Kartu Pelaku Usaha Bidang Kelautan dan Perikanan) dari Kementerian KKP lanjut diakui Saleh tak tau seperti apa kelanjutannya, meski sudah mendaftarkan diri.

"Dulu pernah mendaftarkan diri, tapi sampai sekarang, sampai presiden kembali di dua periode ini, sampai ganti menteri lagi, saya dan teman-teman belum ada terima tuh kartunya. Tapi di beberapa tempat, teman saya sudah punya," tuturnya.

Bapak dari dua orang anak itu berharap agar pemerintah baik melalui kementerian dan instansi terkait agar lebih sering turun ke lapangan. Agar, tiap program yang dijanjikan dan juga informasi penting yang berkaitan dengan kehidupan para nelayan dapat tersampaikan dengan baik.

“Kami disini banyak ketinggalan informasi, biasanya yg di undang cuma pak RT atau kepala desa. Nelayannya enggak, kalaupun ada cuma berapa orang. Pemerintah harus turun langsung. Syukur-syukur kalau nama kami itu terdaftar sebagai nelayan,” harapnya.

Editor : Oktavianus

Baca Juga